Suara.com - Langit di Kampung Punan Mahakam, Kabupaten Berau, terasa lebih kelabu pada Minggu, 10 Agustus 2025.
Di balik ketenangan semu sebuah desa, sebuah kisah horor tak terperi telah terjadi, meninggalkan luka yang tak akan pernah bisa sembuh.
Seorang pria, yang diidentifikasi berinisial J, telah merenggut paksa kehidupan istri dan dua anak kandungnya.
Tragedi ini menjadi semakin memilukan karena sang istri, N, tengah mengandung buah hati mereka enam bulan.
Namun, yang membuat kasus ini mengguncang Indonesia bukan hanya kebrutalannya, melainkan pengakuan yang dibalik aksi kejinya tersebut.
Saat diamankan, J tidak menunjukkan penyesalan. Sebaliknya, ia menyeret dunia fiksi anime One Piece ke dalam pusaran tragedi nyata ini.
Dalam sebuah rekaman video yang menyebar cepat, dialog dingin antara petugas dan J terungkap, membekukan darah siapa pun yang mendengarnya.

"Gara-gara One Piece. Saya tidak memenuhi syarat kehidupan One Piece," kata J dengan nada datar saat ditanya mengapa ia melakukan perbuatan sekeji itu.
Ia melanjutkan ocehannya yang sulit diterima akal sehat, "Saya dimarahi One Piece."
Baca Juga: Dea Permata Purwakarta Dibunuh, Publik Tuntut Oknum Babinsa Polisi Ditangkap Buntut Abaikan Laporan
Petugas yang merekam, seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, mencoba menegaskan kembali.
"Jadi kau bunuh istri anak mu, gara-gara One Piece?" tanyanya.
Jawaban J singkat, padat, dan mengerikan: "Iya."
Kasi Humas Polres Berau, AKP Ngatijan, mengonfirmasi bahwa J telah diamankan tanpa perlawanan. Namun, misteri terbesar masih menyelimuti kasus ini.

"Kami belum tahu motif sebenarnya. Karena pelaku masih menjalani proses pemeriksaan kejiwaan,” ujar Ngatijan, mengisyaratkan bahwa kondisi mental pelaku menjadi fokus utama penyelidikan saat ini.
Tragedi ini pertama kali terungkap melalui jeritan pilu Pilipus, ayah korban sekaligus mertua pelaku.
Saat sedang tertidur di rumahnya yang bersebelahan, ia dikejutkan oleh suara benturan keras.
Rasa penasarannya berubah menjadi horor saat ia menemukan putrinya, N, sudah tergeletak bersimbah darah di depan kamar mandi.
“Karena kaget melihat anaknya sudah bersimbah darah. Ayah korban langsung berteriak meminta pertolongan,” jelas AKP Ngatijan menirukan kesaksian saksi.
Teriakan histeris itu mengundang warga, yang segera mengamankan pelaku dan berusaha menyelamatkan para korban.
Namun, takdir berkata lain. N dan kedua anaknya, NJ dan NS, mengembuskan napas terakhir mereka.
Hasil olah TKP menunjukkan betapa brutalnya eksekusi itu, sang istri ditemukan di depan kamar mandi, sementara kedua anaknya diduga dihabisi saat masih tertidur lelap di kamar mereka.
Sebilah pisau badik yang menjadi alat pembantaian turut diamankan sebagai barang bukti bisu dari sebuah hari yang kelam di Berau.