-
Pandji Pragiwaksono dan diaspora di New York menyuarakan keresahan kondisi negara.
-
Mereka mengkritik pemerintah dan menuntut penghentian kriminalisasi terhadap para aktivis.
-
Puncaknya, mereka menyerukan kekecewaan mendalam dengan slogan "Reset Indonesia!"
Suara.com - Aktor sekaligus komika Pandji Pragiwaksono menampilkan suara alternatif dari diaspora dan mahasiswa Indonesia di New York melalui sebuah video yang menyuarakan keresahan mereka terhadap kondisi negara.
Menurut Pandji, aksi ini merupakan wujud perjuangan untuk memastikan ada suara-suara lain yang perlu didengar oleh pemerintah.
"Indonesia tidak sempurna, tapi layak diperjuangkan. Inilah aksi perjuangan masyarakat Indonesia di NYC, untuk memastikan bahwa ada suara-suara lain, keresahan lain, tuntutan lain, yang perlu disampaikan," ujar Pandji, dalam keterangan video yang ia unggah ke Instagram, Kamis, 25 September 2025.
Pandji, dalam lanjutan keterangannya, juga menyentil kelompok diaspora yang sebelumnya menuai kontroversi gara-gara kedapatan menginap di sebuah hotel mewah di New York.
"Temen-temen gue ini ga ikut nginep di Aman, tapi mendambakan Indonesia yang aman," lanjut sang komika dalam tulisannya.
Video yang Pandji unggah sendiri menampilkan serangkaian tuntutan dan kritik tajam terhadap pemerintah.
Mereka secara tegas menyatakan tidak merasa terwakili oleh segelintir WNI yang mengklaim sebagai perwakilan diaspora di Amerika.
Salah seorang diaspora bahkan memulai pernyataan dengan permohonan maaf atas pemberitaan yang dinilai tidak merepresentasikan suara mayoritas.
"Di sini, kami pertama-tama ingin mengucapkan permohonan maaf kepada para diaspora karena belakangan ini beredar pemberitaan di media bahwa ada segelintir orang yang menyatakan diri sebagai perwakilan diaspora, bahwa hal itu tidak benar," ujar seorang lelaki yang mengenakan keffiyeh dalam video tersebut.
Baca Juga: Pendidikan Glory Lamria, Disebut Nikmati Fasilitas Mewah saat Sambut Prabowo di New York
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diwarnai insiden keracunan juga jadi salah satu sorotan para diaspora.
"Evaluasi dan hentikan sementara program MBG karena sudah ada 5.000 siswa yang keracunan," tegas salah seorang mahasiswi.
Kekhawatiran lain yang disuarakan adalah kembalinya Indonesia ke era represif yang mengekang kebebasan berekspresi, mengingatkan pada masa Orde Baru.
"Bahwa kita tidak ingin kembali ke jaman Orba, di mana kebebasan untuk menulis dan semacamnya itu di-screening oleh pemerintah," ungkap seorang lelaki diaspora.
Tuntutan penghentian kriminalisasi terhadap para aktivis, pegiat literasi, hingga penerbit buku juga menjadi salah satu poin sentral yang disampaikan dengan lantang.
"Hentikan kriminalisasi terhadap aktivis demokrasi, hentikan kriminalisasi terhadap pencinta buku, pembaca buku, buku itu sendiri, dan penerbit buku," kata seorang diaspora perempuan.