-
Arie Untung mengumumkan kabar duka tewasnya jurnalis Gaza, Saleh Aljafarawi, melalui unggahan video di media sosial.
-
Ia menyebut kematian Saleh bukan akibat serangan Israel, melainkan diduga dibunuh oleh kelompok pengkhianat internal bernama “pasukan Abu Syabab.”
-
Arie menilai kematian Saleh sebagai bagian dari upaya sistematis membungkam suara perjuangan rakyat Palestina.
Suara.com - Arie Untung mengukap rasa duka terhadap tewasnya Saleh Aljafarawi, seorang jurnalis pemberani yang selama ini menjadi salah satu suara utama dari Gaza.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah kronologi kematiannya, yang menurut Arie, bukanlah akibat serangan militer biasa.
Dalam video yang diunggahnya, Arie Untung dengan raut wajah sedih mengumumkan bahwa Saleh, yang wajahnya sangat familier bagi publik karena konten-konten laporannya dari medan perang, telah meninggal dunia.
Arie menegaskan bahwa kematian Saleh bukanlah karena serangan drone atau bombardir militer Israel, terutama karena situasi saat ini seharusnya dalam masa gencatan senjata (ceasefire).
"Beliau ini meninggal bukan karena drone, bukan karena serangan dari Israel, apalagi sekarang sedang ceasefire, tapi dibunuh," ungkap Arie dalam videonya.
Arie kemudian mengungkap sebuah dugaan yang lebih kelam. Menurutnya, Saleh Aljafarawi dieksekusi oleh sebuah kelompok pengkhianat internal yang ia sebut sebagai Abu Syabab.
Ia menuduh kelompok ini merupakan milisi atau geng bersenjata yang dibiayai dan dipersenjatai langsung oleh pihak Israel.
Modus operandi kelompok ini, jelas Arie, adalah menciptakan kekacauan dari dalam.
Mereka diduga menjarah bantuan-bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, kemudian menyebarkan fitnah bahwa pasukan perlawanan Palestina-lah yang merampok hak rakyatnya sendiri.
Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Bantah Patok Tarif Dakwah Rp40 Juta, Arie Untung Ikut Bersaksi
Tujuannya adalah untuk memecah belah dan mengadu domba sesama warga Palestina.
"Mereka menjarah bantuan-bantuan yang masuk, kemudian memberitakan dan memfitnah bahwa pasukan perjuangan yang merampok sendiri," jelas Arie.
Lebih jauh, Arie menyamakan taktik ini dengan strategi perang proksi yang pernah terjadi di Irak dengan pembentukan ISIS.
Ia menyebutnya sebagai pola politik adu domba klasik atau Devide et Impera.
Menurutnya, kelompok pengkhianat ini tidak hanya menciptakan kerusuhan, tetapi juga bertindak sebagai informan yang membocorkan posisi para pejuang, yang pada akhirnya mempermudah musuh untuk melakukan serangan tertarget.

Kematian Saleh Aljafarawi, menurut Arie, adalah bagian dari agenda sistematis untuk membungkam suara-suara vokal yang menjadi juru bicara masyarakat Gaza.