- IP Jumbo dipersiapkan tujuh tahun untuk melintasii generasi dan zaman sampai 100 tahun
- Visinema secara aktif merekrut talenta-talenta terbaik dan para ahli berpengalaman di industri IP Indonesia
- Selain Jumbo, Visinema memiliki IP Kancil, Nussa, dan Domikado
Angga juga menjelaskan perbedaan mendasar antara pengembangan film biasa dengan pengembangan evergreen IP. Menurutnya, konsep evergreen IP tidak melulu soal pembuatan sekuel yang terkadang bisa terkesan dipaksakan.
"Kalau evergreen IP konsepnya bukan sequeling. Jadi, enggak akan ada maksa," ujarnya.
Dia menekankan bahwa cara pandang pengembangan IP dan pengembangan film adalah dua hal yang berbeda. Jika pengembangan film berorientasi pada satu produk, pengembangan IP adalah sebuah perjalanan maraton yang berkelanjutan.
Pipeline Proyek Raksasa Visinema Selanjutnya
Kesuksesan Jumbo tidak membuat Visinema berpuas diri. Angga mengungkapkan bahwa studio tersebut telah memiliki sederet IP lain dalam antrean yang juga dipersiapkan untuk menjadi besar.
"Ini ada Kancil, kita punya Nussa, kita punya Domikado. Jadi, kita punya banyak. Kita punya banyak IP dalam pipeline kita," sebutnya.
Untuk proyek yang akan tayang di bioskop seperti Jumbo, Angga memastikan bahwa Kancil dan Nussa akan segera menyusul. Semua proyek yang keluar dari Visinema Studios kini memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi evergreen IP.
Sementara itu, semesta Jumbo sendiri akan terus dikembangkan ke berbagai medium. Dalam waktu dekat, akan ada peluncuran buku, mainan, hingga rencana konser di tahun depan.
"Akan banyak sekali hal-hal yang akan lahir dari karakter-karakter Jumbo ini nanti," tambah Angga.
Baca Juga: 5 Tablet Baterai Jumbo 6000 hingga 9000 mAh yang Bisa Dipakai Seharian, Harga Cuma Rp1 Jutaan
Rahasia di Balik Menciptakan IP Raksasa
Sebagai salah satu kreator paling berpengaruh di Indonesia, Angga Dwimas Sasongko membagikan tipsnya dalam membangun IP yang sukses. Baginya, kunci utamanya adalah kesabaran dan kolaborasi.
"Great things take time. Jadi, untuk membuat sesuatu yang signifikan, membuat sesuatu yang baik gitu, ya, butuh kesabaran, butuh mampu membangun tim yang kuat," terangnya.
Angga menambahkan bahwa mustahil mengerjakan proyek besar seorang diri. Butuh kolaborasi, kemauan untuk terus belajar, dan memandang proses kreatif sebagai sebuah pengembangan (development), bukan sekadar penciptaan (creation).
"Selama tujuh tahun kami enggak hanya bikin, tapi juga sembari bikin sembari belajar. Kita lihat kanan-kiri, banyak baca buku, banyak datang ke event-event kayak begini, di seluruh dunia," tutur Angga.
"Ini adalah sebuah journey, jadi maraton. Dan, ya, mungkin enggak akan pernah selesai, it's always work in progress," imbuhnya.