Divonis Air Ketuban Minim, Perempuan Ini Ngaku Jadi Korban Tipu-tipu Dokter

Senin, 08 Februari 2021 | 14:08 WIB
Divonis Air Ketuban Minim, Perempuan Ini Ngaku Jadi Korban Tipu-tipu Dokter
Ilustrasi USG. (Elements Envato)

Unggahan tersebut sampai saat ini telah mendapat perhatian warganet hingga lebih dari 2,2 juta orang. Beragam komentar pun ditinggalkan, kebanyakan mereka setuju dengan si pemilik akun dan menekankan pentingnya second opinion.

"Nitip pesen ke semua bumil kalo divonis ina inu please cari second opini ke dokter lain. kasus kaya gini buanyak banget, alasan klasik air ketuban kurang," ujar @DameeSoul.

"Itulah perlunya second opinion, dulu anakku divonis gak berkembang tidak ada denyutnya perlu dikuret, sedih akhirnya coba ke dokter lain bilang bagus," kata @citra_quinn.

"Aku juga pernah bun kaya gitu, cuma ga aku anggap penipuan ya gimana namanya juga manusia kadang ada kesalahan," tulis @JasmineAbigail.

Air ketuban memang merupakan salah satu pendukung penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi selama di dalam kandungan. Namun, bagaimana jadinya jika jumlah air ketuban di dalam kandungan sangat sedikit (oligohidramnion)?

Dilansir Hello Sehat, volume air ketuban yang dikatakan kurang atau sedikit, adalah 500 mililiter (ml) pada usia kehamilan 32-36 minggu. Kondisi ini bisa terjadi di berbagai usia kehamilan.

Akan tetapi, jumlah air ketuban yang sedikit umumnya terjadi di trimester ketiga atau akhir kehamilan. Semakin dekat hari perkiraan lahir, biasanya volume air ketuban akan semakin berkurang.

Jumlah air ketuban yang terlalu sedikit dapat memengaruhi ukuran kantung ketuban sehingga membuatnya berukuran lebih kecil daripada normalnya. Bukan tidak mungkin, hal ini dapat mengganggu dan membatasi tumbuh kembang janin.

Alhasil, kemudian muncul beragam gejala oligohidramnion pada bayi. Berikut gejala air ketuban sedikit pada bayi yang sudah lahir:

Baca Juga: Awalnya Olah Kolang-kaling, Anak Syok Lihat Masakan Ibu dan Neneknya

  • Jarak antar kedua mata tampak agak jauh.
  • Hidung tampak lebar.
  • Posisi telinga rendah ketimbang yang seharusnya.
  • Bila kondisi tersebut dipicu oleh gagal ginjal, jumlah urine saat lahir biasanya sangat rendah bahkan tidak ada.
  • Oligohidramnion juga dapat mengganggu perkembangan paru-paru bayi. Kondisi ini berisiko membuatnya mengalami kesulitan bernapas saat dilahirkan nantinya.

Jika kondisi oligohidramnion sudah terdeteksi sejak trimester pertama kehamilan, risiko yang mungkin terjadi meliputi:

  • Masalah pada organ tubuh bayi sehingga berisiko menimbulkan cacat lahir.
  • Meningkatkan peluang keguguran atau lahir mati.

Sementara bila mengalami oligohidramnion di trimester kedua kehamilan, komplikasi bisa mencakup:

  • Intrauterine growth restriction (IUGR) atau janin tidak berkembang di dalam kandungan.
  • Bayi lahir prematur.
  • Muncul komplikasi persalinan, seperti prolaps tali pusar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI