Kualitas Pengobatan Penyakit TB Dunia Menurun Selama Pandemi Covid-19, Kenapa?

Jum'at, 15 Oktober 2021 | 09:10 WIB
Kualitas Pengobatan Penyakit TB Dunia Menurun Selama Pandemi Covid-19, Kenapa?
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi pandemi Covid-19 menurunkan kualitas pengobatan tuberkulosis (TB).  Untuk pertama kalinya selama lebih dari satu dekade, kematian akibat TB telah meningkat, menurut laporan Global TB tahun 2021 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 2020, lebih banyak orang meninggal karena TB. Sedangkan orang yang didiagnosis dan diobati atau diberikan pengobatan pencegahan TB jauh lebih sedikit dibandingkan pada periode 2019. Selain itu, pengeluaran keseluruhan untuk layanan TB juga turun selama tahun lalu.

Menurut WHO, tantangan pertama yang terjadi merupakan gangguan akses ke layanan TB dan pengurangan sumber daya. Kekurangan sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya terjadi di banyak negara akibat dialokasikan untuk penanganan Covid-19.

Ilustrasi infeksi bakteri tuberkulosis. [Shuttertsock]
Ilustrasi infeksi bakteri tuberkulosis. [Shuttertsock]

Tantangan kedua, banyak pasien TB sulit mencari pengobatan di rumah sakit selama masa penguncian.

“Ini adalah berita yang mengkhawatirkan yang harus menjadi peringatan global akan kebutuhan mendesak pada investasi dan inovasi untuk menutup kesenjangan dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan bagi jutaan orang yang terkena penyakit TB tetapi dapat dicegah dan diobati ini," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari situs resmi WHO, Jumat (15/10).

Layanan TB sebenarnya hanya salah satu di antara banyak layanan kesehatan yang terganggu akibat kondisi pandemi Covid-19 selama 2020. Tetapi, menurut WHO, dampaknya terhadap TB sangat parah.

Tercatat sekitar 1,5 juta orang meninggal karena TB selama 2020, termasuk di dalamnya 214.000 orang di antara juga orang dengan HIV-AIDS.

Peningkatan jumlah kematian akibat TB terutama terjadi di 30 negara dengan beban TB tertinggi, salah satunya Indonesia. Proyeksi pemodelan WHO menunjukkan jumlah orang yang terdiagnosis TB dan meninggal akibat penyakit itu bisa jauh lebih tinggi pada 2021 dan 2022.

"Tantangan dalam menyediakan dan mengakses layanan TB esensial membuat banyak orang dengan TB tidak terdiagnosis pada tahun 2020. Jumlah orang yang baru didiagnosis dengan TB dan yang dilaporkan ke pemerintah nasional turun dari 7,1 juta pada 2019 menjadi 5,8 juta pada 2020," tutur Tedros.

Baca Juga: WHO Luncurkan Tim Ahli Telisik Covid-19 dan Ancaman Pandemi Masa Depan

WHO memperkirakan bahwa sekitar 4,1 juta orang saat ini menderita TB tetapi belum didiagnosis atau belum secara resmi melaporkan kepada otoritas nasional. Angka itu naik dari 2,9 juta pada 2019.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI