Sehingga jika sel saraf di sumsum tulang belakang mati (mati langsung atau mati akibat lambat atau salahnya penanganan) akan menyebabkan fungsi-fungsi saraf sensorik (rasa, nyeri) hilang.
Demikian juga fungsi saraf motorik (gerak) juga bisa hilang sehingga lengan dan tangan atau tungkai dan kaki menjadi lemah bahkan lumpuh (jika 4 alat gerak lumpuh disebut tetraplegia, jika hanya kedua kaki yang lumpuh disebut paraplegia).
Jika saraf otonom yang rusak, maka konsekuensinya bisa terjadi gangguan buang air kecil atau buang air besar, suhu tubuh, tekanan darah dan sistem sirkualasi darah bahkan pada laki-laki bisa menyebabkan alat vitalnya tidak bisa ereksi.
Beberapa akson di sel saraf mungkin tetap utuh, dan masih mampu membawa sinyal ke atas atau ke bawah sumsum tulang belakang, tetapi karena jumlahnya mungkin terlalu sedikit, maka tidak mampu menjalankan fungsi saraf dengan normal.
Sementara orang dengan cedera di atas tulang leher bagian atas bahkan memerlukan alat bantu nafas (ventilator) untuk tetap bisa bernapas.
Akibat tambahan dari cedera saraf tulang belakang bisa berlanjut menyedihkan. Terlalu lama berbaring karena lumpuh akan menyebabkan luka akibat tubuh menekan alas tidur atau disebut decubitus, juga mudah terkena infeksi (biasanya sistem paru-paru dan dan saluran kencing). Bahkan pada beberapa kasus bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam nyawa.
Untuk bisa mendiagnosis cedera saraf tulang belakang, dokter akan memastikan terlebih dahulu apakah cedera saraf tulang belakang tidak memengaruhi pernapasan atau detak jantung yang berakibat dapat menyebabkan kematian cepat.
Selanjutnya, untuk menilai seberapa baik kondisi fungsi saraf tulang belakang, akan dilakukan pemeriksaan:
- Fungsi sensorik, atau kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, atau rasa di kulit
- Fungsi motorik, atau kemampuan untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh lengan dan tangan sampai jari-jari tangan, dan tungkai, kaki dan jari-jari kaki
- Fungsi otonom, atau kemampuan baung air besar, buang air kecil, fungsi alat vital (pada laki-laki)
Tes pencitraan biasanya dapat membantu mendiagnosis cedera tulang dan saraf tulang belakang:
Baca Juga: Ini Penyebab Spinal Cord Injury Seperti Yang Dialami Laura Anna Sebelum Meninggal Dunia
- Ronsen biasa atau X-ray, untuk melihat ada tidaknya patah tulang atau terkilir/dislokasi
- CT scan, untuk melihat patah tulang, bekuan darah atau kerusakan pembuluh darah.
- MRI, untuk melihat kondisi saraf dan sumsum tulang belakang atau jaringan lunak.
Mungkin juga pada beberapa kasus (jarang dilakukan) dapat dikerjakan pemeriksaan elektromiogram (EMG) untuk memeriksa aktivitas listrik di otot
Penanganan Cedera Saraf Tulang Belakang
Mungkin saja dilakukan operasi darurat emergency atau cito untuk cedera saraf tulang belakang untuk mengatasi patah tulang belakang dana tau kerusakan sumsum tulang belakang akibat patah tulang, pembekuan darah, atau jaringan lain disekitatnya yang rusak.
![Ilustrasi perempuan kena skoliosis [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/original/2019/02/19/63651-ilustrasi-perempuan-kena-skoliosis-skoliosis-kelainan-tulang-belakang.jpg)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suntikan obat kortikosteroid bermanfaat membantu cedera tulang belakang, jika terjadi kondisi yang disebut spinal shock yang bersifat sementara namun permanen jika tidak diobati.
Dapat juga dilakukan operasi terjadual (non emergency) jika tujuannya untuk hanya memperbaiki stabilitas tulang belakangnya, namun kerusakan sarafnya sudah permanen.
Tujuan jangka panjang dari perawatan cedera tulang belakang meliputi:
- Meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.
- Mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis (berkelanjutan).
- Memulihkan beberapa fungsi saraf pada cedera parsial.
- Komplikasi jangka panjang dari cedera tulang belakang mungkin termasuk:
- Ketidakmampuan untuk mengatur tekanan darah atau suhu tubuh.
- Peningkatan risiko masalah jantung atau paru-paru.
- Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus.
- Kelumpuhan pada lengan atau kaki.
- Sakit terus-menerus.
- Spastisitas, kontraktur sendi.
- Disfungsi seksual.
Tak hanya itu, kebanyakan orang dengan cedera tulang belakang memerlukan beberapa bentuk rehabilitasi fisik, atau terapi, baik dengan rawat inap (selama dirawat di rumah sakit) atau rawat jalan (setelah dirawat di rumah sakit).
Rehabilitasi dapat membantu pasien cedera saraf tulang belakang untuk: