Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya

Jum'at, 19 September 2025 | 10:55 WIB
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
Air minum isu ulang / air galon. (Shutterstock)

Suara.com - Selama ini, banyak orang menganggap bahwa Bisphenol A atau BPA merupakan bahan yang aman digunakan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kesehatan, pandangan tersebut ternyata keliru, karena berbagai studi ilmiah menunjukkan bahwa paparan BPA justru dapat menimbulkan berbagai penyakit dan masalah-masalah serius dalam kesehatan.

Berikut beberapa penelitian tentang bahaya BPA untuk tubuh manusia:
1. Studi BMC Endocrine Disorders (2018)
Penelitian ini melihat hubungan positif antara paparan BPA dengan penyakit diabetes tipe 2. Dokter spesialis kedokteran okupasi, dr. Agustina Puspitasar mengkonfirmasi hasil penelitian tersebut, dengan mengatakan bahwa BPA tak hanya membahayakan tubuh orang dewasa, tapi juga bisa mengancam tumbuh kembang anak.

“BPA berpotensi memicu hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan gangguan tumbuh kembang anak,” katanya.

2. Studi Human Reproduction (2010)
Penelitian ini menyimpulkan bahwa paparan BPA dapat menimbulkan efek buruk pada gangguan reproduksi, terutama dalam konteks studi ini berupa disfungsi seksual pada pekerja pria.

“Karena sifatnya adalah hormone disruptor, maka BPA bisa memengaruhi segala hal, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki dan perempuan bahkan bisa infertile atau mandul,” ujar dr. Ulul Albab, dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

Konsep gangguan hormon baru dikenal pada dekade 1990-an. BPA merupakan salah satu zat kimia yang bisa meniru fungsi hormon alami tubuh, sehingga dapat mengacaukan sistemnya. Itulah kenapa baru dalam dua dekade terakhir, risiko kesehatan dari paparan BPA mulai banyak dibahas para ahli.

3. Studi dalam Journal of Exposure Science & Environmental Epidemiology (2017)
Penelitian ini menemukan hubungan paparan BPA dengan perkembangan mental anak, seperti tingkat kecemasan, depresi, hiperaktivitas, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan masalah perilaku lain. Guru besar Farmakologi Universitas Airlangga, Surabaya, Profesor Junaidi Chotib mengatakan, dalam studi epidemiologi, kadar BPA dalam darah atau urin pada anak usia pertumbuhan berkorelasi erat dengan gangguan perilaku, kecemasan, dan depresi.

BPA Sering Ditemukan dalam Galon Air Minum
BPA adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membentuk kemasan plastik keras atau polikarbonat. Dalam kehidupan sehari-hari, kemasan polikarbonat dapat ditemukan pada botol bayi, wadah makanan, lapisan kaleng, dan galon air minum guna ulang.

Pakar polimer dari Universitas Indonesia, Profesor Mochamad Chalid, mengibaratkan plastik seperti untaian kalung dan BPA adalah salah satu mata rantainya.

Baca Juga: BPOM Wajibkan Label Bahaya BPA, Komunitas Konsumen Tegaskan Setuju

“Saat digunakan, sangat mungkin mata rantai tersebut lepas, sehingga menimbulkan permasalahan,” jelasnya.

Faktor-faktor seperti paparan sinar matahari, suhu tinggi, dan pencucian berulang, menurut Profesor Chalid, dapat meningkatkan risiko pelepasan BPA ke dalam produk pangan.

Dalam sejarah kesehatan disebutkan, banyak bahan kimia yang dulunya dianggap aman, ternyata kemudian terbukti berbahaya. Misalnya, asbes digunakan 100 tahun, sebelum kemudian terbukti menyebabkan kanker. Rokok dianggap aman selama 50 tahun, sebelum terbukti menyebabkan kanker paru.

“Paparan BPA dengan berbagai kadar dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan,” kata Profesor Junaidi.

Untuk mengingatkan hal tersebut, Dr. dr. Dien Kurtanty, menulis buku berjudul BPA Free: Perisai Keluarga dari Zat Kimia Berbahaya. Melalui buku ini, ia berharap, pemerintah, industri, dan masyarakat makin menyadari bahaya dari paparan BPA.

“Jangan sampai risiko-risiko kesehatan terkait BPA ini berimbas dan dilimpahkan pada pelayanan kesehatan,” ujarnya. ***

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI