Meriahnya Final Bali Open Piano

Madinah Suara.Com
Rabu, 14 September 2016 | 12:57 WIB
Meriahnya Final Bali Open Piano
Ilustrasi pemain piano. [shutterstock]

Suara.com - Pesona Bali Open Piano Competition (BOPC) 2016 akhirnya ditutup Deputi Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Esthy Reko Astuty di Harris Hotel & Residendes, Sunset Road, Kuta Bali, 11 September 2016. Final kompetisi yang mempertandingkan nomor piano klasik dan violin selama dua hari tersebut berlangsung meriah.

“Selamat buat para pemenang! Even ini menarik, karena digelar di Bali, yang menjadi destinasi pariwisata wisatawan Nusantara maupun mancanegara,” kata Esthy, yang didampingi Asisten Deputi Pasar Personal Kemenpar, Raseno Arya di Denpasar, Minggu (11/9/2016).

Menurut Esthy, kompetisi ini sendiri sudah menjadi atraksi yang cukup memikat. Wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara (wisman) berbaur menyaksikan penampilan para kontestan yang berasal dari hampir semua kota besar di Tanah Air.

“Termasuk para juri yang berasal dari Makedonia dan Amerika Serikat (AS). Para peserta ada yang berasal dari Inggris, Australia, Jepang, Korea, dan Cina. Mereka beradu kepintaran bermain piano dan violin,” katanya.

Para pendukung peserta pun sangat antusias. Setiap peserta membawa pendukung yang berasal dari keluarga, saudara, handai tolan, dan kawan-kawan.

“Saya berharap, even ini tidak berhenti sampai di sini saja. Jika perlu, diperbesar, agar peserta internasional lebih banyak. Selain untuk menguji kemampuan pianis dan violis dalam negeri, kita juga bisa membandingkan level anak-anak kita dengan mereka yang dididik di luar negeri,” kata Esthy lagi.

Pernyataan deputi satu-satunya perempuan di Kemenpar tersebut langsung disambut tepuk tangan riuh, termasuk dari para dewan juri piano dan biola, Henoch Kristianto, Adeliede Simbolon, Hendrata Prasetia, Tomislav Dimov, Therese Wirakesuma, dan Aditia S, yang sudah kaliber internasional.

Penyelenggara acara ini, Opus Nusantara, sudah hampir 15 kali menggelar festival yang mempertandingkan bakat musik anak-anak kelompok usia, baik di DKI Jakarta maupun di Semarang, Jawa tengah. Tahun ini digelar di Bali, karena banyak permintaan komunitas musik klasik yang ingin tampil, sekaligus berlibur.

Ketua Panitia Pelaksana dari Opus Nusantara, Eleonora Aprilita S, menyebut, kompetisi 2016 ini sedikit lebih unik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Para pianis dan violis tampil dengan busana adat, lengkap dengan udeng (penutup kepala), sarung, dan baju khas budaya Pulau 1.000 Pura itu.

“Selain mendengarkan teknik bermain piano dan viloin kasik, penonton juga menyaksikan performance yang khas dan terasa berada di Pulau Dewata,” ujarnya.

Menurut Nora, sapaan Eleonora, kompetisi yang salah satunya diikuti kelompok usia 7-18 tahun ini penuh dengan sanak keluarga. Rata-rata, mereka berasal tingkat ekonomi kelas menengah ke atas, sehingga memboyong seluruh anggota keluarga untuk menjadi pendukung. Satu peserta bisa membawa 5-10 anggota keluarga.

“Jumlah komunitas piano besar, dan mereka harus berani berkompetisi untuk menjadi pegiat seni profesional,” ungkapnya.

Mengapa kompetisi piano ini dinilai strategis?

“Perkembangan peminat musik klasik Tanah Air, khususnya piano dan violin sangat pesat, termasuk di Bali. Kompetisi musik dari Eropa ini dinilai bisa memberi peluang kepada pianis dan violis Eropa untuk bisa bertanding di Bali. Kita bisa saling mengerti, di mana kelebihan dan kekurangan kita,” jelas Nora.

Bali sudah dikenal sebagai kota budaya, kota penyelenggara meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE), dan kota wisata. Bali juga menjadi salah satu barometer perkembangan musik, khususnya piano, dari genre klasik, pop, maupun jazz.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI