Uuuoooooouuiiiiiit...
Uuuoooooouuiiiiit....

Teriakan tersebut akan diucapkan sekeras mungkin dan berulang hingga ada jawaban dari Orang Rimba.
Besesalung sendiri dimaknai sebagai salam pembuka atau permisi ketika ingin memasuki pekarangan atau kontak sosial dengan komunitas Orang Rimba.
Jarak besesalung ini berkisar 40 sampai 50 meter dan diharapkan tamu tetap menunggu di tempat ketika besesalung sampai menunggu Orang Rimba datang menjemput.
"Ketika mereka datang menemui kita hingga dalam jarak pandang tertentu katakan 20 sampai 25 meter, biasanya kita akan di skrining dulu secara alami oleh mereka," terang Willy

Skrining alami yang di maksud adalah mereka akan menatap dengan sungguh-sungguh terkait kondisi fisik tubuh tamu. Apakah tamu memiliki masalah bersin-bersin, batuk, menggigil, pucat, terluka atau baik-baik saja? Proses skrining alami ini berkisar 2 sampai 3 menit.
Tamu selanjutnya diuji lewat dialog melalui pertanyaan pembuka apo mikae becenengo guing? (Kawan, Kamu tidak sakit kan?).
"Nah, kualitas suara dan jawaban kita pada saat itulah yang akan menentukan, apakah kemudian kita bisa kontak langsung atau jaga jarak."
Baca Juga: Positif Kena Corona, Dua Komisioner Ombudsman RI Karantina Mandiri di Rumah
Akhir kata, Willy menulis komunitas adat Orang Rimba Jambi atau yang dikenal dengan Suku Anak Dalam terbukti telah secara turun-temurun mampu mencegah penularan atau penyebaran penyakit hingga sekarang meski kerap dianggap sebagai suku primitif.
"Kisah ini saya sampaikan semata-mata untuk berbagi bahwa imbauan dunia atau pemerintah dalam mencegah Covid-19 melalui skrining suhu, social distancing, isolasi atau di rumah aja, sebenarnya kearifan lokal masyarakat kita yang sudah terbukti bisa mempertahankan kehidupan suku di tengah rimba sana sekalipun jauh dari sentuhan sarana layanan kesehatan dan berbagai macam vaksin," tutup Willy.