Perempuan Pelopor Pertanian Organik dari Banggai, Sulawesi Tengah

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 16 Desember 2021 | 10:06 WIB
Perempuan Pelopor Pertanian Organik dari Banggai, Sulawesi Tengah
Indarti Winari, Perempuan Pelopor Pertanian Organik dari Banggai. (Dok)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perempuan berusia 58 tahun itu bernama Indarti Winari. Dia adalah satu-satunya perempuan yang menjadi anggota dan pegiat kelompok pertanian organik Sumber Tani Lestari binaan JOB Pertamina-Medco E & P Tomori Sulawesi, di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Sumber Tani Lestari terdiri atas 11 orang anggota yang mengelola sawah padi organik seluas kurang lebih lima hektare dan dibentuk pada 2016, menyusul pelatihan pertanian ramah lingkungan atau agroekologi oleh JOB Tomori. Suami Indarti, Markidi, adalah salah satu anggota kelompok tersebut semasa hidup.

JOB Tomori memprakarsai program pertanian agroekologi ini karena melihat sejumlah fakta di lapangan, yakni penggunaan pupuk kimia berlebihan, hasil produksi padi konvensional rendah, tingginya penggunaan air irigasi, keterbatasan sarana produksi pertanian, tingginya biaya penanggulangan hama padi, keterbatasan sarana produksi pertanian, dan kelembagaan tani kurang optimal.

Padahal Banggai memiliki potensi berupa 93 persen luas area pertanian dan perkebunan dan masyarakat yang bekerja sebagai petani. Total dari 23 kecamatan, luas padi sawah mencapai 51 621 hektare berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2019.

Indarti awalnya sama sekali tak tahu soal pertanian organik. Almarhum suaminya tak banyak bercerita.

"Saya waktu itu hanya matun (membersihkan rumput-rumput liar di areal persawahan) dan ngarit biasa," katanya.

Kisah tentang agroekologi banyak didengar dari sang adik, Agus.
"Katanya, 'Kak, ikut pertanian organik saja. Obat hamanya meracik sendiri,'" kata Indarti mengenai ajakan adiknya.

Indarti pun memutuskan menggarap padi di sawah seperdelapan hektare secara organik. Satu anak laki-laki dan tiga anak perempuannya tak dilibatkan, karena memiliki kesibukan masing-masing. Ia lebih banyak berdiskusi dengan adiknya. Apalagi letak sawah mereka berdampingan. Dari sini, ia melihat pertanian organik banyak membawa keuntungan.

Indarti Winari, Perempuan Pelopor Pertanian Organik dari Banggai. (Dok)
Indarti Winari, Perempuan Pelopor Pertanian Organik dari Banggai. (Dok)

"Biayanya sedikit, kerjanya ringan. Tidak perlu keluar uang untuk membeli obat kimia pembasmi hama. Obat pembasmi hama nabati dan pupuk bikin sendiri. Tidak usah beli," kata Indarti, senang.

Baca Juga: Kisah Jurnalis Perempuan di Balikpapan Alami Kasus Pelecehan Seksual via Media Sosial

Ongkos menggarap sawah padi secara organik jauh lebih murah daripada pertanian konvensional. Harga padinya pun berbeda tajam. Padi biasa hanya dijual Rp 7 ribu per kilogram. Sementara padi organik bisa dijual dengan harga Rp 12 ribu per kilogram.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI