Jejak Sejarah Etnis Rohingya, Ini Alasan Warga Aceh Menolak Kedatangan Mereka

Minggu, 19 November 2023 | 14:29 WIB
Jejak Sejarah Etnis Rohingya, Ini Alasan Warga Aceh Menolak Kedatangan Mereka
Pengungsi Rohingya. [ANTARA]

Suara.com - Kawasan perairan Aceh tepatnya Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Bireuen kedatangan gelombang pengungsi Rohingya. Namun kedatangan pengungsi Rohingya di Bireuen mendapat penolakan dari warga setempat.

Pengungsi yang hendak mendarat pada Kamis (16/11/2023) kemarin ditolak warga dengan mendatangi pesisir pantai. Kejadian ini viral di media sosial usai beredar video para pengungsi terdampar di pantai.

Lantas bagaimana sejarah pengungsi Rohingya? Kenapa mereka ditolak di Aceh? Simak penjelasan berikut ini.

Asal Usul Etnis Rohingya

Rohingya merupakan etnis minoritas muslim yang mempraktikkan Islam Sunni dan dipengaruhi sufisme. Jumlah etnis Rohingya kurang lebih mencapai 3,5 juta jiwa.

Sebelum peristiwa berdarah pada Agustus 2017, etnis Rohingya di Myanmar mendiami negara bagian Rakhine dan populasi mereka mencapai hampir sepertiga total penduduk negara. Etnis Rohingya di Myanmar diperkirakan sudah ada sejak abad 15. 

Ketika itu ribuan umat Islam mendatangi bekas Kerajaan Arakan. Selain itu etnis ini banyak juga yang datang pada abad 19 dan awal abad 20 ketika Rakhine masih menjadi bagian British India di zaman kolonial. 

Keberadaan etnis Rohingya tidak diakui sejak kemerdekaan Burma pada tahun 1948. Negara yang kemudian ganti nama jadi Myanmar pada 1989 ini juga menolak klaim historis Rohingya. 

Etnis Rohingnya pun tidak diakui sebagai bagian dari 135 kelompok etnis resmi Myanmar. Dengan demikian status kewarganegaraan etnis Rohingya mengambang. Mereka dianggap imigran ilegal dari Bangladesh meski telah berabad-abad mendiami Rakhine di Myanmar.

Baca Juga: Angin Topan Paksa Puluhan Ribu Pengungsi Rohingya Pindah dari Pesisir Barat Daya Bangladesh

Alasan Etnis Rohingya Ngungsi ke Negara Lain

Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas muslim yang mendapat diskriminasi dari negaranya. Pemerintah Myanmar sendiri tidak mengakui etnis Rohingya sebagai bagian dari sejarah negara. Mereka memang dikenal cukup lama memberi kebijakan diskriminatif terhadap etnis Rohingya. 

Bahkan sejak akhir 1970-an, pemerintah setempat memaksa ratusan ribu muslim Rohingya untuk meninggalkan rumah mereka. Etnis Rohingya mau tidak mau harus meninggalkan kediamannya agar tetap bertahan. 

Mereka lalu mengungsi ke berbagai wilayah hingga lintas negara. Pengungsian jalur darat membawa mereka ke Bangladesh sedangkan jalur laut menuju Indonesia, Malaysia, dan Thailand. 

Kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar paling parah terjadi pada tahun 2017. Ketika itu, warga etnis Rohingya diperlakukan sadis dengan adanya pemerkosaan, pembunuhan, hingga pembakaran. Situasi yang tidak aman itu memicu eksodus besar-besaran warga Rohingya hingga lebih dari 700 ribu orang mengungsi.

Di sisi lain, pasukan keamanan Myanmar terkesan membiarkan keadaan sehingga tidak sedikit warga Rohingya menghadapi sikap represif petugas. Pemerintah Myanmar mengklaim peristiwa itu sebagai bentuk kampanye militer untuk mengembalikan stabilitas wilayah barat negaranya. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI