Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas muslim yang mendapat diskriminasi dari negaranya. Pemerintah Myanmar sendiri tidak mengakui etnis Rohingya sebagai bagian dari sejarah negara. Mereka memang dikenal cukup lama memberi kebijakan diskriminatif terhadap etnis Rohingya.
Bahkan sejak akhir 1970-an, pemerintah setempat memaksa ratusan ribu muslim Rohingya untuk meninggalkan rumah mereka. Etnis Rohingya mau tidak mau harus meninggalkan kediamannya agar tetap bertahan.
Mereka lalu mengungsi ke berbagai wilayah hingga lintas negara. Pengungsian jalur darat membawa mereka ke Bangladesh sedangkan jalur laut menuju Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar paling parah terjadi pada tahun 2017. Ketika itu, warga etnis Rohingya diperlakukan sadis dengan adanya pemerkosaan, pembunuhan, hingga pembakaran. Situasi yang tidak aman itu memicu eksodus besar-besaran warga Rohingya hingga lebih dari 700 ribu orang mengungsi.
Di sisi lain, pasukan keamanan Myanmar terkesan membiarkan keadaan sehingga tidak sedikit warga Rohingya menghadapi sikap represif petugas. Pemerintah Myanmar mengklaim peristiwa itu sebagai bentuk kampanye militer untuk mengembalikan stabilitas wilayah barat negaranya.
Sementara itu, PBB melihat cara-cara jahat yang dilakukan pemerintah terhadap etnis Rohingya mengarah pada dugaan genosida. Hanya saja Pemerintah Myanmar membantah hal itu.
Sampai saat ini sebagian warga etnis Rohingya masih ditemukan mengungsi ke negara lain. Indonesia pun menjadi salah satu tujuan pengungsian, meski akhir-akhir ini ada penolakan warga akibat masalah ketidakpatuhan pengungsi terhadap norma-norma di wilayah setempat.
Alasan Pengungsi Rohingya Ditolak di Aceh
Alasan penolakan pengungsi Rohingya di Aceh adalah terkait informasi bahwa imigran yang datang sebelumnya, memiliki perilaku kurang baik. Mereka tidak mengindahkan norma-norma masyarakat setempat.
Baca Juga: Angin Topan Paksa Puluhan Ribu Pengungsi Rohingya Pindah dari Pesisir Barat Daya Bangladesh
Walau begitu warga setempat tetap membantu memberikan makanan, minuman, hingga bahan bakar minyak setelah mendapatka penjelasan dari kepolisian. Warga juga menyediakan boat sebagai penarik kapal imigran Rohingnya agar kembali ke laut.