Kronologi Pemuda Disabilitas Diduga Lakukan Pelecehan di NTB, Munculkan Pro-Kontra

Selasa, 03 Desember 2024 | 10:54 WIB
Kronologi Pemuda Disabilitas Diduga Lakukan Pelecehan di NTB, Munculkan Pro-Kontra
Ilustrasi pelecehan seksual. [Pexels]

Suara.com - Dugaan pelecehan yang dilakukan penyandang disabilitas berinisal IWAS (21) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih terus bergulir. Muncul berbagai spekulasi atas kasus tersebut, pasalnya terduga pelaku dianggap sulit dipercaya bisa melakukan pelecehan tanpa kedua tangan. 

Dalam hal ini, Kepolisian Daerah (Polda) NTB menyebut pihaknya masih mengumpulkan bukti dan kronologi. IWAS disebut sudah melakukan pelecehan terhadap 5 perempuan. 

Terbaru, Polda NTB buka-bukaan terkait kronologi salah seorang korban berinisial MA. 

Kronologi Pelecehan

Pemerkosaan yang diduga dilakukan IWAS disebut pihak kepolisian terjadi pada Senin (7/10/2024). IWAS dan MA tak sengaja bertemu di Taman Udayana, Mataram. 

Kala itu, MA tengah membuat konten video, kemudian IWAS menghampiri korban dan mengajaknya ke sisi utara yang biasa dipakai berpacaran. 

Keduanya kemudian tak sengaja melihat pasangan berciuman yang lantas membuat MA menangis lantaran mengingat mantan kekasih. 

Melihat MA menangis, IWAS mengambil kesempatan dengan mengulik masa lalunya. Bermodal tebak-tebakan, IWAS memojokkan MA dan mengajak korban ke gedung belakang Teras Udayana. 

IWAS kemudian mengintimidasi dan mengancam korban. Ia memojoka korban bakal menceritakan masa lalu MA pada orangtuanya. Hingga kemudian IWAS memojokan MA dan memintanya mandi suci untuk membersihan diri dari masa lalunya. 

Baca Juga: Mahasiswi Unhas Korban Pelecehan Dosen Disarankan Melapor ke Lembaga PPA, Agar Dibantu Proses Hukumnya

"Ancaman ini membuat korban merasa lemah dan akhirnya mengikuti keinginan pelaku," ujar pendamping korban, Andre Saputra pada Minggu (1/12/2024). 

"Mungkin sulit diterima secara logis, tetapi kekerasan seksual tidak selalu melibatkan kekerasan fisik. Manipulasi, ancaman, dan intimidasi juga bisa melemahkan korban," imbuhnya.

IWAS disebut mengajak MA ke sebuah penginapan yang mulanya ditolak oleh korban. Namun intimidasi IWAS membuat korban merasa tak berdaya. 

Usai berada di kamar, IWAS disebut membacakan seuah mantra berbahasa Bali dan meminta korban membuka celana pelaku. Korban sempat menolak dan berteriak, namun kembali mendapat ancaman. 

Kronologi pelecehan yang dilakukan IWAS membuat publik terbelah. Satu sisi ada yang percaya, di sisi lain banyak juga yang skeptis. 

Hal ini tampak dalam unggahan akun X @bacottetangga. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI