Selain itu, nama Prabu Brawijaya sejatinya tak pernah ada dalam prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit. Raja terakhir Majapahit adalah
Girindrawarddhana yang berkuasa pada 1474–1519 M.
Jika Prabu Brawijaya sendiri belum tentu benar keberadaannya, lantas kenapa bisa muncul namanya?
Ternyata, kemunculan nama Brawijaya ini berasal dari Babad, spesifik lagi: Babad Tanah Jawi. Andi Putranto menyebut, Babad memang kerap menjadi referensi. Namun, harus diakui bahwa Babad banyak mengandung unsur mitologi, sehingga jika dijadikan sumber sejarah kurang dapat diterima.
Dalam Babad Tanah Jawi, Prabu Brawijaya dikisahkan menjadi sakasi keruntuhan Majapahit ketika diserang pasukan Demak yang dipimpin putranya, Raden Patah.
Pengisahan Prabu Brawijaya yang memiliki putra bernama Raden Patah juga disebutkan dalam Serat Carita Purwaka Caruban Nagari.
Selain di Babad Tanah Jawi, Brawijaya juga muncul di Serat Kanda. Dalam cerita ini, Brawijaya dan keluarganya mengungsi ke Sengguruh, kemudian ke Bali, dan tetap menolak Islam ketika pasukan Demak menyerang.
Lain halnya di Serat Darmogandul. Di karya sastra ini, Brawijaya diceritakan mengungsi bersama pengikutnya kemudian ditemukan oleh Sunan Kalijaga di Blambangan. Brawijaya kemudian menjadi mualaf di sana.
Nama Brawijaya juga muncul di Serat Centini Jilid III. Ceritanya, Kerajaan Majapahit berada di bawah pemerintahan Raja Brawijaya V. Selain Brawijaya, dalam Serat Centini juga menyebutkan nama-nama yang menjadi keturunannya seperti Bathara Katong yang merupakan julukan Jaka Pitutur alias Raden Arakkali yang menjabat Adipati Ponorogo. Selain itu, terdapat nama Browidjojo alias Bondansurati yang diceritakan melakukan pati obong di sebuah hutan di wilayah Gunung Kidul.
Jejak sastra sejarah dan temuan arkeologis ini menunjukkan bahwa Prabu Brawijaya lebih tepat dipandang sebagai tokoh legenda daripada Raja Majapahit yang nyata secara historis.
Baca Juga: Clara Shinta Diancam Usai Dituding Jadi Penyebar Video Gus Miftah: Akan Kami Serang...
Lantas, sumber sejarah mana yang Miftah Maulana baca sampai bisa merunutkan nasabnya hingga ke Prabu Brawijaya?