1. Berbicara dengan Anak
Ciptakan suasana yang aman dan tidak menghakimi untuk berbicara dengan anak. Tanyakan dengan lembut tentang interaksi mereka pada orang tersebut dan dengarkan dengan penuh perhatian.
2. Jaga Kerahasiaan
Jangan buru-buru mengungkapkan informasi kepada orang lain tanpa persetujuan atau pemahaman anak. Anak mungkin merasa lebih terancam jika hal ini dibicarakan dengan orang lain tanpa izin mereka.
3. Lapor ke Pihak Berwenang
Segera laporkan kepada pihak berwenang, seperti lembaga perlindungan anak dan YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), untuk memastikan bahwa anak dilindungi dan predator tersebut dapat dihentikan.
4. Konsultasi dengan Profesional
Libatkan psikolog atau konselor anak yang dapat membantu anak mengatasi trauma emosional yang mungkin mereka alami akibat grooming. Terapi bisa sangat membantu dalam membantu anak memproses pengalaman tersebut.
5. Edukasi Anak tentang Keamanan Online
Baca Juga: Jangan Diam, Masyarakat Harus Berani Speak Up jika Ada Anak Lain Ikut Dicabuli Kapolres Ngada
Ajarkan anak untuk berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang asing baik secara langsung maupun daring. Pastikan mereka tahu untuk tidak berbagi informasi pribadi atau bertemu dengan orang yang baru dikenalnya tanpa pengawasan orang tua.
6. Perkuat Pengawasan
Tetap awasi pergaulan anak, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Gunakan pengaturan privasi di media sosial untuk membatasi siapa yang dapat mengakses informasi pribadi anak.
7. Dukung Anak Secara Emosional
Berikan dukungan penuh kepada anak dan pastikan mereka merasa didukung, tidak disalahkan, dan dicintai. Proses pemulihan dari pengalaman seperti ini bisa memakan waktu dan kesabaran.
Menghadapi grooming adalah proses yang sangat sensitif dan memerlukan perhatian yang serius dari keluarga dan masyarakat. Hal terpenting adalah memberikan perlindungan segera dan memastikan anak merasa aman untuk berbicara tentang apa yang mereka alami.