Trauma ini biasanya terjadi di lingkup seseorang yang justru taat beragama namun memiliki pehamaman yang berbeda soal pengajaran agama.
Di beberapa negara yang masih banyak menganut sistem keagamaan konvensional termasuk Indonesia, religious trauma ini kerap terjadi di masyarakat. Bahkan, banyak orang yang mengalami religious trauma ini sejak kecil hingga menimbulkan berbagai gejala hingga gangguan kejiwaan ketika beranjak dewasa.
Trauma ini umumnya mencederai mental dan emosional seseorang yang mengalami pengalaman keagamaan yang traumatis. Trauma ini dapat disebabkan oleh tindakan tokoh atau komunitas agama yang terlalu ekstrim.
Penyebabnya pun banyak, seperti :
- Pengalaman dalam bidang keagamaan yang menegangkan, berbahaya, atau kasar
- Pelecehan agama
- Keyakinan yang membuat seseorang tertekan
- Kepercayaan terhadap hal tahayul yang turun menurun
- Doktrin neraka
Bahkan, banyak religious trauma ini terjadi akibat bully atau harassment yang membuat seseorang merasa bersalah bahkan marah terhadap diri sendiri. Kehilangan jati diri, minder, bahkan menarik diri dari masyarakat menjadi salah satu dampak besar dari religious trauma.
Pelaku religious trauma ini bisa dari lingkup sekitar seperti orangtua, saudara, tetangga, guru, bahkan pemuka agama yang memiliki pemahaman ekstrim soal keyakinan seseorang.
Religious trauma ini belum terlalu umum di Indonesia karena masyarakat Indonesia masih banyak terdoktrin dengan pemahaman agama secara ekstrim yang dipupuk sejak kecil. Tak jarang, religious trauma ini menciptakan lingkungan yang toksik dan membahayakan orang lain karena bersifat terlalu menekan dan memaksakan sesuatu.
Kontributor : Dea Nabila
Baca Juga: Gitasav Kerja Apa di Jerman? Influencer Curhat Alami Masa Kelam Usai Dibully Gegara Childfree