Suara.com - Lebaran bukan hanya tentang pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga, tetapi juga bisa menjadi momen refleksi dan pencarian makna hidup.
Di era di mana perjalanan telah menjadi bagian dari identitas generasi muda, konsep spiritual holiday mulai berkembang sebagai tren baru yang memberikan dimensi lebih dalam bagi pengalaman traveling.
Bagi Gen Z, yang dikenal kreatif dan gemar mengeksplorasi hal-hal baru, perjalanan bukan sekadar tentang destinasi, tetapi juga bagaimana mereka bisa mendapatkan pengalaman yang berharga dan membentuk diri mereka lebih baik.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa 72% Gen Z dan milenial melihat traveling sebagai cara untuk mengekspresikan diri, sementara 88% percaya bahwa perjalanan berkontribusi pada pertumbuhan pribadi mereka.
Seiring dengan minat terhadap pengalaman yang lebih bermakna, berikut adalah beberapa cara menikmati spiritual holiday agar perjalanan Lebaran lebih berkesan tanpa mengurangi keseruan khas Gen Z.
1. Detoks Digital: Rehat Sejenak dari Media Sosial
Di era digital, media sosial sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. Namun, saat Lebaran, ada baiknya untuk memberikan jeda pada dunia digital dan lebih fokus pada interaksi nyata.
Mengaktifkan mode "Do Not Disturb" atau membatasi penggunaan ponsel dapat membantu kita menikmati momen kebersamaan dengan keluarga tanpa gangguan notifikasi.
Detoks digital bukan berarti benar-benar menjauhi teknologi, tetapi lebih kepada menyadari kapan harus offline agar lebih hadir dalam momen spesial.
Baca Juga: Sensasi Karpet Terbang dan Akrobat Udara, Hiburan Libur Lebaran yang Tak Boleh Dilewatkan!
Dengan cara ini, kita bisa lebih mendengarkan cerita keluarga, berbagi tawa, dan menikmati kebersamaan yang mungkin jarang terjadi di hari-hari biasa.
2. Napak Tilas Sejarah Islami: Perjalanan yang Menginspirasi
Perjalanan spiritual tidak harus selalu dilakukan dalam bentuk ibadah besar seperti umrah atau haji. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang memiliki nilai religius bisa menjadi cara menyegarkan perspektif dan memperdalam keimanan.
Di Indonesia sendiri, banyak destinasi yang memiliki nilai sejarah Islam yang kuat, seperti Masjid Agung Demak, Makam Sunan Ampel di Surabaya, atau Masjid Raya Baiturrahman di Aceh. Selain menambah wawasan, perjalanan seperti ini juga bisa menjadi pengalaman reflektif yang memperkuat hubungan kita dengan agama.
Jika memiliki kesempatan untuk bepergian lebih jauh, mengunjungi destinasi religi di luar negeri seperti Turki atau Uzbekistan bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Napak tilas perjalanan tokoh Islam dunia atau mengunjungi masjid-masjid bersejarah bisa memberikan perspektif baru tentang bagaimana Islam berkembang di berbagai belahan dunia.