Beberapa individu memiliki kecenderungan untuk berselingkuh karena faktor psikologis tertentu, seperti kebutuhan akan validasi diri, dorongan untuk mencari pengalaman baru, atau kurangnya kontrol diri.
Penelitian menunjukkan bahwa alasan seperti kurangnya cinta, kemarahan terhadap pasangan, atau keinginan untuk variasi dapat mendorong seseorang untuk berselingkuh.
5. Kesempatan
Lingkungan sosial dan kesempatan yang tersedia juga memainkan peran penting dalam terjadinya perselingkuhan. Interaksi yang intens dengan rekan kerja, teman, atau kenalan baru dapat menumbuhkan kedekatan yang berujung pada perselingkuhan, terutama jika batasan profesional dan personal tidak dijaga dengan baik.
Kesempatan yang muncul dari situasi tertentu, seperti perjalanan dinas atau aktivitas sosial, dapat meningkatkan risiko terjadinya perselingkuhan.
6. Usia Pernikahan
Penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya perselingkuhan. Misalnya, pria cenderung lebih rentan berselingkuh setelah menikah selama 11 tahun.
Faktor-faktor seperti kejenuhan, perubahan dinamika hubungan, dan ekspektasi yang tidak terpenuhi seiring waktu dapat meningkatkan risiko perselingkuhan dalam pernikahan yang telah berlangsung lama.
Perselingkuhan dalam pernikahan yang tampak harmonis sering kali merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan emosional dan seksual, kurangnya komunikasi, kebosanan, faktor psikologis individu, pengaruh lingkungan, dan dinamika hubungan seiring waktu.
Baca Juga: Tersandung Isu Selingkuh, 8 Momen Mesra Ridwan Kamil dan Atalia Praratya
Untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, penting bagi pasangan untuk secara aktif menjaga komunikasi yang efektif, memperkuat keintiman emosional dan fisik, serta bersama-sama mencari cara untuk mengatasi kebosanan dan tantangan dalam pernikahan.
Konseling pernikahan atau terapi pasangan dapat menjadi langkah yang bermanfaat untuk memahami dan mengatasi masalah yang mendasari, sehingga memperkuat ikatan dan komitmen dalam pernikahan.