Suara.com - Belakangan warganet nampak antusias dengan tren foto ala Studio Ghibli yang mudah dibuat melalui bantuan artificial intelligence atau AI. Namun, Sheila Dara justru resah melihatnya.
Seperti yang diketahui, kini ChatGPT memiliki fitur image generator GPT-4o untuk mengubah foto pribadi menjadi ilustrasi bergaya Studio Ghibli.
Tren ini membuat warganet terpukau karena caranya yang mudah dan hasilnya yang menarik, namun memicu perdebatan etis terkait orisinalitas, apresiasi seni, hingga potensi pelanggaran hak cipta.
Sheila Dara yang berkecimpung di dunia seni pun turut menyuarakan keresahannya. Dalam unggahan di akun X pribadinya, istri Vidi Aldiano itu mengaku sedih melihat gaya ikonik tersebut bisa dihasilkan dalam hitungan detik oleh mesin.

Padahal untuk menghasilkan visual yang menjadi ciri khas Studio Ghibli tersebut, memerlukan proses artistik panjang. Sebuah dedikasi para seniman yang telah mengembangkannya selama bertahun-tahun.
"Sori party pooper tapi ku sad deh liat ghibli style bisa di-generate dengan ai ini," cuitnya lewat akun @sheiladaisha, Kamis (27/3/2025).
"Nyari style yang ikonik gitu kan pasti melewati proses kultivasi bertahun-tahun ya," sambungnya,
Tak berhenti sampai di situ, Selain soal esensi artistik, Sheila Dara juga mempertanyakan aspek legal dari penggunaan gaya visual Ghibli oleh AI seperti ChatGPT.
"Terus ini emang ada consent-nya kah dari creator-nya?" pungkas Sheila Dara.
Baca Juga: Cara Instan Berbagi Foto Lebaran Tanpa Menghabiskan Paket Data Internet
Cuitan Sheila Dara merespons tren foto ala Ghibli dengan ChatGPT itu langsung mencuri perhatian. Tak sedikit yang setuju dengan sang aktris.
Hayao Miyazaki, Pendiri Studio Ghibli yang Anti dengan AI
Seiring dengan ramainya pembahasan tersebut, sikap Hayao Miyazaki pendiri Studio Ghibli terhadap AI diungkit kembali.
Dalam tayangan video unggahan kanal YouTube Manhattan Project for a Nuclear-Free World pada 16 November 2016 silam, ia menyampaikan pendapat yang cukup keras terkait hasil karya seni memakai AI.
Kala itu, Miyazaki bersama seorang petinggi Studio Ghibli menyaksikan buah karya Nobuo Kawakami, Charman DWANGO Co., Ltd., salah satu perusahaan media dan telekomunikasi di Jepang.
Kawakami mempresentasikan sejumlah gerakan yang dibuat oleh model AI. “Dia (model AI) bergerak dengan memakai kepalanya,” ujar Kawakami. “Makhluk ini tidak memiliki rasa sakit, dan tidak dikonsep untuk melindungi kepalanya. Dia memakai kepalanya seperti kaki.”
Model AI itu bisa memberikan kita gerakan yang menyeramkan yang tidak bisa dipikirkan oleh manusia, sehingga diklaim dapat menjadi komponen yang cocok untuk animasi atau permainan bertema zombie.

Namun Miyazaki tak berpikir demikian, ia menilai minimnya sentuhan manusia dalam karya tersebut malah menjadi nilai minus.
Ia lantas menceritakan pengalamannya yang memiliki teman disabilitas. Untuk melakukan tos saja, temannya kesulitan mengangkat tangan karena lengannya kaku.
"Kalau memikirkan kondisinya, rasanya saya sulit untuk melihat dan menikmati ini (model AI yang dibuat),” ungkap Miyazaki.
Miyazaki lantas mengaku jijik melihat hasil karya dengan AI. Ia mengaku tak akan memakai teknologi tersebut dalam karyanya.
“Siapapun yang membuat ini tidak paham tentang rasa sakit. Saya pribadi merasa jijik. Kalau Anda ingin membuat karya yang menyeramkan, silakan. Tapi saya berharap saya tidak pernah memakai teknologi ini dalam pekerjaan saya. Saya menilai ini seperti penghinaan untuk kehidupan manusia itu sendiri," bebernya.