Suara.com - Saat Hari Raya Idul Fitri 2025, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dengan tren unik yang ramai diperbincangkan. Kali ini, bukan hanya soal pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) yang menjadi perhatian, tetapi juga tantangan berjoget yang wajib dilakukan sebelum memperoleh THR, yang kemudian dikenal sebagai joget THR!
Fenomena ini kian ramai di TikTok serta berbagai platform media sosial lainnya, memperlihatkan keluarga maupun sahabat yang turut serta dalam momen penuh keceriaan dan tawa.
Dengan iringan musik viral yang khas, tantangan joget THR menjadi bagian dari semarak menjelang Lebaran. Banyak unggahan video menunjukkan anggota keluarga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berusaha menunjukkan gerakan joget terbaik mereka sebelum mendapatkan amplop berisi THR.
Tak sedikit pula kreator digital yang menambahkan elemen lucu dan sentuhan dramatis agar konten mereka makin menarik dan menghibur.
Media sosial seperti Instagram serta YouTube pun dipenuhi berbagai respons dan ulasan mengenai asal muasal tren joget ini. Sejumlah warganet mulai menyelidiki dari mana sebenarnya tren joget THR ini berasal.
Benarkah Joget THR Terinspirasi dari Tarian Yahudi?

Di tengah meningkatnya popularitas tren tersebut, muncul dugaan bahwa tantangan joget THR sejatinya bukan hal baru. Beberapa netizen menyatakan bahwa gerakan tersebut serupa dengan tradisi yang telah lama berkembang dalam komunitas Yahudi.
Berdasarkan informasi yang dibagikan oleh pengguna media sosial, terdapat kebiasaan dalam sejumlah kelompok Yahudi yang melibatkan tarian sebagai bagian dari perayaan serta momen pemberian hadiah.
Namun hingga kini belum ada bukti kuat atau ilmiah yang secara langsung menghubungkan tren joget THR dengan ritual atau tarian khas Yahudi. Banyak kalangan lebih percaya bahwa fenomena ini hanyalah produk budaya kontemporer yang dipengaruhi tren global di media sosial, di mana tantangan menari telah menjadi cara populer mengekspresikan kebahagiaan.
Meski demikian, diskusi soal apakah joget THR terinspirasi dari tarian Yahudi masih menjadi bahan perdebatan di kalangan pengguna internet. Beberapa hanya melihatnya sebagai hiburan semata, sementara yang lain mulai mempertanyakan latar budaya di baliknya.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata Viral di Bandung, Cocok untuk Liburan Keluarga
Pandangan Religius: Antara Makruh dan Sekadar Hiburan
Selain menyentuh isu kemiripan budaya, tren joget THR juga menuai perhatian dari perspektif keagamaan. Sebagian ulama menyampaikan bahwa menari di depan umum, terlebih jika melibatkan lawan jenis yang bukan mahram, bisa dikategorikan sebagai makruh dalam ajaran Islam.
Pendapat ini menambahkan dimensi religius pada tren yang awalnya hanya dianggap sebagai bentuk hiburan ringan selama Lebaran. Muncul perdebatan di masyarakat: apakah joget THR hanyalah bentuk sukacita atau justru menyimpang dari nilai-nilai syariah?
Gerakan yang Mirip: Dampak Globalisasi Digital
Kesamaan gerakan dalam berbagai jenis tarian dari lintas budaya sering kali merupakan dampak dari globalisasi digital.
Tren yang bermula di satu negara dapat dengan mudah menyebar dan diadaptasi oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Dalam hal ini, kemiripan gerakan joget THR dengan tarian dari budaya lain, termasuk yang dikaitkan dengan komunitas Yahudi, bisa jadi merupakan kebetulan atau bagian dari fenomena viral global yang menyatukan banyak unsur budaya.