Suara.com - Di tengah arus globalisasi dan derasnya budaya populer luar negeri, banyak anak muda Indonesia mulai menjauh dari akar budayanya sendiri. Tradisi dianggap kuno, acara budaya terasa asing.
Akibatnya, warisan budaya Nusantara terancam hanya tinggal sejarah tanpa pewaris.
Melihat kegelisahan itu, perayaan Adeging Mangkunegaran ke-268 mencoba menjawab dengan pendekatan baru: Laras Hati Mangkunegaran konser musik lintas generasi yang memadukan kekuatan budaya lokal dan semangat anak muda.
Digelar Sabtu (19/4/2025) di kawasan ikonik Pamedan Mangkunegaran, Surakarta, konser ini menghadirkan musisi tanah air seperti Kunto Aji, Bernadya, Maliq & D’Essentials, dan Souljah. Mereka membawa pesan bahwa mencintai budaya tak harus kaku—bisa ekspresif, segar, dan tetap relevan.
Kunto Aji membuka penampilan dengan lagu penuh makna, seperti Terlalu Lama Sendiri dan menciptakan suasana emosional dan khidmat. Bernadya, menyanyikan lagu Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan, yang tentu sudah familiar di telinga publik.

Kemudian, Maliq & D’Essentials juga membawa suasana dengan apik lewat lagu-lagu andalan seperti Dia dan Pilihanku. Souljah, menutup acara dengan nuansa reggae dan ska khas mereka.
Direktur SisiplusbyKatadata, Andikha, menegaskan bahwa ini bukan sekadar konser.
“Ini bukan sekadar konser musik, tetapi momentum untuk mempererat hubungan antara generasi muda dengan akar budayanya. Kami percaya bahwa ruang seperti ini penting untuk terus dihadirkan, agar tradisi tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupi kembali dengan cara-cara yang relevan dan menarik bagi generasi masa kini,” ujarnya, Sabtu (19/4/25) di Pamedan Mangkunegaran.
Ia menegaskan, bahwa ini merupakan penghargaan terhadap nilai sejarah dan budaya yang menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa.
Baca Juga: Anak Muda Belum Tahu Pentingnya Punya Asuransi
“Kehadiran musik modern yang berpadu dengan semangat kebudayaan lokal menunjukkan bahwa masa lalu dan masa kini bisa saling menguatkan. Harapannya, semangat seperti ini bisa terus bergema dan menginspirasi gerakan budaya yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.