Suara.com - Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk menjadi kaya. Dalam agama Islam, harta merupakan sebuah amanah yang harus dikelola dengan tanggung jawab dan penuh kebijaksanaan. Sebagai salah satu bentuk ikhtiar, umat muslim bisa mengamalkan ayat-ayat untuk mendapatkan kekayaan.
Melalui ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang kekayaan, umat Muslim diberi panduan yang jelas terkait tata cara memperoleh, mengelola, hingga mendistribusikan hartabya dengan cara yang halal dan bermanfaat baik bagi diri sendiri serta orang lain. Selain itu, muslim juga diingatkan bahwa kekayaan tidak hanya hak pribadi namun juga menjadi titipan yang harus digunakan untuk kebaikan bersama. Termasuk membantu mereka yang sedang membutuhkan sehingga bisa menjadi bekal untuk menambah pahala.
Ayat-Ayat untuk Mendapatkan Kekayaan
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang cara atau ikhtiar dalam mendapatkan kekayaan:
1. Surat Al-Baqarah Ayat 177
۞ لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَـٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَـٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّـٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ ١٧٧
Artinya : Bukanlah perkara kebajikan itu hanya kamu menghadapkan muka ke pihak timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah berimannya seseorang kepada Allah, dan hari akhirat, dan segala malaikat, dan segala Kitab, dan sekalian Nabi; dan mendermanya seseorang akan hartanya sedang ia menyayanginya, - kepada kaum kerabat, dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang yang terlantar dalam perjalanan, dan kepada orang-orang yang meminta, dan untuk memerdekakan hamba-hamba abdi; dan mengerjanya seseorang akan sembahyang serta mengeluarkan zakat; dan perbuatan orang-orang yang menyempurnakan janjinya apabila mereka membuat perjanjian; dan ketabahan orang-orang yang sabar dalam masa kesempitan, dan dalam masa kesakitan, dan juga dalam masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang-orang yang demikian sifatnya), mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan mengerjakan kebajikan); dan mereka itulah juga orang-orang yang bertaqwa.
Melalui surah Al-Baqarah ayat 177 tersebut, dijelaskan bahwa kebaikan bukan hanya tentang menghadap kiblat, namun juga termasuk iman, ibadah, serta pengeluaran harta untuk kerabat, anak yatim, fakir miskin, hingga orang-orang yang membutuhkan. Melalui ayat tersebut kita juga ditunjukkan akan pentingnya penggunaan harta untuk membantu sesama yang membutuhkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
2. Surat Ibrahim Ayat 34
Baca Juga: Berapa Gaji Paus Fransiskus? Semuanya untuk Amal, Tinggalkan Kekayaan Sederhana Rp1,6 Juta
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ ٣٤
Artinya: Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.
Dalam Surat Ibrahim Ayat 34, dijelaskan bahwa kita telah dijanjikan rezeki oleh Allah SWT apabila melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, tidak pantas apabila kita selalu menghitung apa saja dan jumlah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Seban jika seperti itu, sama saja kita tidak mensyukuri nikmat Allah dan termasuk perbuatan zalim.
3. At-Taubah (9:34 - 35)
۞ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَـٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍۢ ٣٤ يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَـٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ ٣٥
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak di antara pendita-pendita dan ahli-ahli ugama (Yahudi dan Nasrani) memakan harta orang ramai dengan cara yang salah, dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah (ugama Islam). Dan (ingatlah) orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak membelanjakannya pada jalan Allah, maka khabarkanlah kepada mereka dengan (balasan) azab seksa yang tidak terperi sakitnya; (Iaitu) pada hari dibakar emas perak (dan harta benda) itu dalam neraka jahanam, lalu diselar dengannya dahi mereka, dan rusuk mereka, serta belakang mereka (sambil dikatakan kepada mereka): "Inilah apa yang telah kamu simpan untuk diri kamu sendiri, oleh itu rasalah (azab dari) apa yang kamu simpan itu.
Ayat di atas memperingatkan manusia yang suka menimbun emas dan perak tanpa menginfakkan hartanya itu di jalan Allah SWT. Pada hari akhir, kekayaan tersebut bisa menjadi siksaan bagi mereka. Melalui ayat ini, ditekankan bahwa harta harus digunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT, bukan untuk ditimbun atau bahkan disalahgunakan.
4. Surat An-Najm Ayat 39-41
An Najm Ayat 39
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: "dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,"
An Najm Ayat 40
وَاَنَّ سَعۡيَهٗ سَوۡفَ يُرٰى
Artinya: "dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),"
An Najm Ayat 41
ثُمَّ يُجۡزٰٮهُ الۡجَزَآءَ الۡاَوۡفٰىۙ
Artinya: "kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,"
Dalam surat An Najm ayat 39-41 dijelaskan perihal pintu rezeki yang akan terbuka apabila manusia berusaha untuk mendapatkannya. Sebab sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang instan, oleh karena itu semua hal harus diusahakan apalagi dalam memenuhi kebutuhan hidup atau mencari kejayaan.
Selain itu, manusia harus giat dalam menjalankan usahanya dengan berpegang pada prinsip amanah dan bertanggung jawab penuh. Manusia harus bisa memanfaatka tenaga dan ide yang telah Allah SWT berikan dalam mencari rezeki. Sebab Allah SWT tidak menyukai orang yang bermalas-malasan.
5. Al-Munafiqun (63:9)
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah (dengan menjalankan perintahNya). Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Di dalam ayat 9 surat Al-Munafiqun, mengingatkan pada orang yang beriman agar kekayaan serta anak tidak membuat seseorang lalai dalam mengingat Allah SWT. Pasalnya, siapa saja yang lalai akan tergolong sebagai orang-orang yang merugi baik di dunia maupun di akhirat. Tak sampai di situ, ayat ini juga menekankan akan pentingnya mengatur harta tanpa mengabaikan kewajiban kepada-Nya.
6. Surat Al-Mulk Ayat 21
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗ ۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ
Artinya: Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).
Surat Al-Mulk ayat 21 mengingatkan manusia akan pentingnya meyadari bahwa kita harus menjemput rezeki dari Allah SWT. Dan menyadari akan kebenaran yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT.
7. Al-Hashr Ayat 7
مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ ٧
Artinya : Apa yang Allah kurniakan kepada RasulNya (Muhammad) dari harta penduduk negeri, bandar atau desa dengan tidak berperang, maka adalah ia tertentu bagi Allah, dan bagi Rasulullah, dan bagi kaum kerabat (Rasulullah), dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta orang-orang musafir (yang keputusan). (Ketetapan yang demikian) supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya dari kalangan kamu. Dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (SAW) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarangNya kamu melakukannya maka patuhilah laranganNya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah amatlah berat azab seksaNya (bagi orang-orang yang melanggar perintahNya).
Dijelaskan dalam ayat 7 Surah Al- Hashr, bahwa Allah SWT memerintahkan harta rampasan (fai’) yang diperoleh olehbkaum Muslimin harus didistribusikan untuk kepentingan umum seperti fakir miskin, kerabat, hingga kebutuhan bersama. Ayat ini menunjukkan bahwa kekayaan dalam Islam bukan hanya untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk kemaslahatan bersama.
Itulah tadi ayat-ayat untuk mendapatkan kekayaan. Umat Islam sebaiknya mengamalkan ayat-ayat di atas sebagai bentuk ikhtiar mendapatkan rezeki yang halal dan bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama manusia.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari