Suara.com - Pernikahan selebritas Luna Maya dan Maxime Bouttier yang digelar dengan adat Jawa berhasil menyita perhatian publik. Selain penampilan memukau kedua mempelai, salah satu elemen budaya yang mencuri sorotan adalah janur kuning, hiasan tradisional yang tampak menghiasi gerbang acara.
Kembali munculnya janur kuning ini memicu rasa penasaran publik, terutama generasi muda, terhadap makna dan fungsi simbolisnya dalam pernikahan adat Jawa.
Meski kerap dianggap hanya sebagai ornamen pelengkap pernikahan, janur kuning sejatinya menyimpan makna sakral dan mendalam.
![Dekorasi Unik di Akad Nikah Luna Maya - Maxime Bouttier [Instagram/lunamaya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/08/44070-dekorasi-unik-di-akad-nikah-luna-maya-maxime-bouttier-instagramlunamaya.jpg)
Dalam masyarakat Jawa, janur kuning bukan sekadar daun kelapa muda yang dianyam indah, tetapi simbol spiritual yang sarat dengan harapan dan doa bagi pasangan yang menikah.
Lebih dari Sekadar Dekorasi
Janur kuning adalah bagian dari warisan budaya yang patut dirawat dan dibanggakan. Di tengah modernisasi yang kian cepat, simbol-simbol tradisional seperti janur menjadi pengingat akan akar budaya yang mengandung nilai spiritual tinggi.
Lewat kehadiran janur, pernikahan menjadi lebih dari sekadar pesta, ia menjadi prosesi sakral yang penuh harapan dan restu semesta.
Filosofi Janur: “Sejatining Nur”
Janur berasal dari daun kelapa muda berwarna kuning keputihan. Namun dalam filosofi Jawa, janur mengandung makna lebih dalam.
Baca Juga: 3 Pasangan Seleb Go Public di Nikahan Luna Maya, Ada Anya sampai Gisel!
![Kendaraan melintas di jalan yang pinggirnya dihiasi penjor atau hiasan janur kuning khas Bali di Jalan Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/11/2022). [ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/11/10/62761-penjor-atau-hiasan-janur-kuning-khas-bali-di-jalan-bandara-ngurah-rai-sambut-ktt-g20-bali.jpg)
Mengutip dari jurnal Analisis Urf terhadap Tradisi Janur Kuning dalam Adat Pernikahan Jawa di Kabupaten Luwu Timur oleh Ulfa Daryanti, kata “janur” dipercaya merupakan akronim dari “sejatining nur” yang berarti "cahaya sejati". Ini merujuk pada cahaya ilahi yang diharapkan menyinari jalan hidup pasangan pengantin.
Pemasangan janur di pernikahan melambangkan harapan agar pengantin mendapat bimbingan batin dan pencerahan spiritual dalam membangun keluarga. Artinya, janur tidak hanya berfungsi estetis, tetapi menjadi pengingat bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang dijalani dengan restu Tuhan.
Fungsi Janur dalam Upacara Pernikahan
Dalam tradisi Jawa, janur kuning hadir dalam berbagai bentuk dan fungsi. Salah satu yang paling dikenal adalah janur yang dipasang di depan rumah atau lokasi resepsi. Ini berfungsi sebagai penanda hajatan, memberi tahu masyarakat bahwa sedang berlangsung acara penting, terutama pernikahan.
Selain itu, janur juga dirangkai menjadi kembar mayang, dua rangkaian hiasan simetris yang ditempatkan di pelaminan atau dalam prosesi kirab. Kembar mayang melambangkan keseimbangan, keharmonisan, dan penyatuan dua insan dalam ikatan yang sah.
Fungsi lain yang tak kalah penting adalah sebagai penolak bala. Janur kuning dipercaya bisa menangkal energi negatif atau gangguan gaib yang mungkin mengganggu kelancaran prosesi pernikahan. Karena itu, janur biasa ditempatkan di pintu masuk atau di titik-titik tertentu sebagai pelindung spiritual.
Menariknya, janur tidak boleh dipotong menggunakan gunting saat dirangkai. Daun kelapa muda itu harus disuwir dengan tangan, karena hal ini menyimbolkan ketabahan dan kehati-hatian. Ini adalah simbol bahwa rumah tangga pun harus dijalani dengan sabar dan penuh kehati-hatian dalam menghadapi suka dan duka kehidupan.
Luna Maya Bawa Kembali Tren Janur Kuning

Dengan memilih adat Jawa sebagai tema pernikahannya, Luna Maya turut menghadirkan kembali kejayaan elemen-elemen tradisional, termasuk janur kuning.
Kehadirannya dalam pernikahan Luna menjadi sorotan di media sosial, membuat banyak orang kembali mengapresiasi simbol-simbol budaya yang selama ini mulai terlupakan.
Tren ini juga menunjukkan bahwa adat dan budaya masih sangat relevan untuk dipadukan dalam konsep pernikahan modern. Tak sedikit pasangan muda kini mulai mempertimbangkan kembali penggunaan janur, baik sebagai penanda tradisi maupun bentuk penghormatan kepada leluhur.
Bagi masyarakat Jawa, janur bukan hanya hiasan, tetapi doa yang menjelma dalam bentuk nyata. Dengan tampilnya janur kuning di pernikahan para figur publik seperti Luna Maya, harapannya generasi muda bisa lebih menghargai dan melestarikan budaya yang kaya makna ini.