"Saya ingat betul jelang pertandingan saya sempat cedera, namun saya paksakan untuk tetap berjuang. Fisioterapi sebelum dan sesudah latihan saya lewati, sampai akhirnya jerih payah membuahkan hasil, pulang bisa bawa emas,” ujarnya mengenang momen penuh emosional itu.
Cerita lain datang dari Suci Wulandari Jambak, atlet pencak silat dari Sumatera Barat. Ia pernah kalah di PON Papua, bahkan sempat gagal berkali-kali dalam seleksi. Patah semangat, ia berhenti latihan selama sebulan.
Namun di titik itu pula ia menemukan kembali api dalam dirinya. Latihan dilanjutkan meski tanpa arah yang jelas, hanya berbekal niat untuk tidak menyerah. Perjuangan itu akhirnya berbuah manis saat ia berhasil meraih emas di SEA Games Manila.
“Saat itu saya kecewa dengan diri saya, sampai berhenti latihan satu bulan. Namun setelahnya saya berpikir, tidak mau gagal begitu saja. Jadi saya mulai latihan lagi, walau tanpa tujuan, yang penting saya latihan,” tambah Suci.
Sementara itu, Rio Pangestu Putra, atlet futsal Indonesia, mengenang masa kecilnya yang dipenuhi latihan tanpa henti. Ia sempat menjalani dua olahraga sekaligus. sepak bola dan futsal, sebelum akhirnya memutuskan memilih futsal sebagai jalur hidupnya.
Bukan pilihan mudah, tapi dia yakin dengan potensi yang ia miliki. Dan kepercayaan pada diri sendiri itulah yang membawanya mengukir banyak prestasi di lapangan futsal.
“Dulu saking sukanya main bola, saya jalani latihan futsal dan sepak bola hampir setiap hari. Akhirnya saya putuskan pilih futsal karena saya merasa lebih berpotensi di sana,” jelas dia.
Kini, keputusan itu terbukti tepat. Rio Pangestu Putra telah mencatatkan berbagai pencapaian bersama timnya, berkat pengalaman yang ditempa sejak dini.
Ketiga kisah ini adalah sebagian kecil dari banyak cerita yang dibagikan dalam kampanye #GiveItAll. Cerita-cerita yang menjadi pengingat bahwa bakat hanyalah satu bagian kecil dari kesuksesan.
Baca Juga: Jelang Nikah, Luna Maya Akui Dilamar Orang Lain Sebelum Maxime Dan Punya Anak Angkat