Suara.com - Rasa kelelahan secara signifikan menurunkan produktivitas kerja. Kelelahan menyebabkan penurunan kapasitas dan ketahanan kerja, ditandai dengan sensasi lelah, motivasi menurun, dan aktivitas yang berkurang sehingga produktivitas menurun.
Studi menunjukkan bahwa pekerja dengan tingkat kelelahan tinggi cenderung tidak mencapai target produktivitas dibandingkan yang kelelahan rendah.
Kelelahan kerja yang meningkat juga berhubungan dengan peningkatan kesalahan kerja dan penurunan kinerja secara keseluruhan.
Oleh karena itu, kelelahan harus diatasi dengan manajemen beban kerja yang tepat, istirahat cukup, dan pengaturan lingkungan kerja agar produktivitas tetap optimal.
Baca Juga:
Ini 10 Tanda Kerusakan Ginjal, Waspada Mungkin Pernah Kamu Alami
Beberapa jenis kelelahan sering disalahpahami sebagai rasa malas, padahal sebenarnya kondisi tersebut memerlukan penanganan yang berbeda.
Berikut adalah jenis-jenis kelelahan yang kerap dianggap sebagai kemalasan:
- Kelelahan Fisik
Tubuh terasa lemas, pegal, atau mengantuk akibat aktivitas fisik yang berlebihan, kurang tidur, atau pola makan yang buruk.
Orang yang mengalami kelelahan fisik sering dianggap malas karena tampak enggan bergerak atau beraktivitas, padahal tubuhnya memang membutuhkan istirahat.
Baca Juga:
Digital Fatigue dan Mental Overload: Saat Notifikasi Jadi Beban Psikologis
- Kelelahan Mental
Ditandai dengan sulit konsentrasi, mudah lupa, dan kesulitan fokus. Kelelahan ini sering terjadi akibat tekanan pekerjaan, belajar, atau masalah yang menumpuk. Orang lain mungkin mengira kamu malas, padahal otakmu sedang kelelahan dan butuh jeda.
- Kelelahan Emosional
Muncul akibat beban perasaan seperti stres, sedih, marah, atau frustrasi yang berkepanjangan.
Kondisi ini membuat seseorang kehilangan semangat dan motivasi, sehingga tampak tidak produktif atau malas, padahal sebenarnya sedang mengalami kelelahan emosi.
- Kelelahan Sosial
Terjadi karena terlalu banyak interaksi atau tuntutan sosial, terutama bagi orang yang introvert.
Akibatnya, seseorang cenderung menarik diri dan dianggap malas bersosialisasi, padahal butuh waktu untuk memulihkan energi.
- Burnout: Ini adalah gabungan dari kelelahan fisik, mental, emosional, dan sosial yang menumpuk dalam waktu lama.
Burnout sering membuat seseorang kehilangan motivasi, merasa hampa, dan tidak bersemangat, sehingga tampak seperti malas, padahal sebenarnya sedang mengalami kondisi serius yang perlu diatasi.
Baca Juga:
Neural Fatigue: Kelelahan Kognitif Akibat Terpapar Stimulus Berulang
Kesalahpahaman antara kelelahan dan rasa malas sering terjadi karena gejalanya mirip, seperti kurangnya motivasi atau produktivitas.
Namun, kelelahan biasanya muncul setelah adanya usaha atau tekanan, sedangkan malas cenderung terjadi tanpa adanya usaha sebelumnya.
Mengenali perbedaannya penting agar kamu bisa memberikan penanganan yang tepat, seperti istirahat, mencari dukungan, atau mengatur ulang prioritas.
Berikut tips jitu untuk mengatasi rasa lelah agar tubuh kembali segar dan produktif:
- Cukupi waktu tidur minimal 7-9 jam setiap malam agar tubuh dapat pulih dan energi kembali terisi.
- Konsumsi makanan bergizi dan seimbang yang kaya vitamin, protein, dan karbohidrat kompleks untuk sumber energi optimal.
- Minum air putih cukup sekitar 8 gelas sehari untuk mencegah dehidrasi yang bisa menyebabkan lelah.
- Olahraga ringan secara rutin, seperti jalan kaki 15
-30 menit, dapat meningkatkan metabolisme dan membuat tidur lebih nyenyak.
- Kelola stres dengan baik melalui meditasi, yoga, atau melakukan hobi favorit agar energi mental tidak terkuras.
- Hindari konsumsi kafein dan alkohol berlebihan, karena dapat mengganggu kualitas tidur dan membuat tubuh cepat lelah.
- Istirahat sejenak saat bekerja, misalnya power nap 20-30 menit untuk mengurangi rasa kantuk dan memperbaiki fokus.
Dengan menerapkan cara-cara ini secara konsisten, rasa lelah dapat berkurang dan tubuh menjadi lebih bugar serta produktif.