suara hijau

Gen Z Cemas Hadapi Krisis Iklim, Kolaborasi Lintas Generasi Jadi Kunci Solusi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 26 Mei 2025 | 11:18 WIB
Gen Z Cemas Hadapi Krisis Iklim, Kolaborasi Lintas Generasi Jadi Kunci Solusi
Aktivis lingkungan melakukan aksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (27/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Krisis iklim bukan lagi isu yang jauh atau abstrak bagi Generasi Z. Bagi kelompok usia muda ini, perubahan iklim dirasakan secara langsung, menyentuh aspek emosional hingga kesehatan mental.

Di tengah semakin besarnya ancaman krisis lingkungan, riset global terbaru menunjukkan bahwa Gen Z memikul beban yang lebih berat dibanding generasi lainnya, baik secara psikologis maupun sosial.

Temuan dari riset GlobeScan dan BBMG yang dilakukan di 31 negara mengungkap bahwa hampir setengah dari Gen Z (49 persen) merasa "sangat terpengaruh secara pribadi" oleh krisis iklim, jauh lebih tinggi dibanding Generasi Baby Boomer dan generasi yang lebih tua (38 persen).

Selain itu, sebanyak 38 persen responden Gen Z melaporkan merasa cemas hampir sepanjang waktu—dua kali lipat lebih banyak dibanding generasi tertua.

Data ini menunjukkan bahwa krisis iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan dan ekonomi, tetapi juga pada kesehatan mental generasi muda.

Aktivis lingkungan melakukan aksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (27/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Aktivis lingkungan melakukan aksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (27/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Riset tersebut juga menemukan bahwa meskipun lebih dari tujuh dari sepuluh Gen Z menyatakan sangat khawatir terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim (73%), banyak dari mereka yang kini justru menarik diri dari aksi berkelanjutan.

Rasa tidak berdaya, kompleksitas isu iklim, dan minimnya kepemimpinan dinilai memperburuk kondisi ini.

"Ini bukan sekadar kelelahan iklim. Ini adalah krisis kepercayaan lintas generasi," tulis laporan tersebut.

Para peneliti menilai bahwa kondisi ini merupakan seruan untuk bertindak bagi merek, pemerintah, dan institusi lainnya. Gen Z disebut tidak lagi cukup dengan janji atau kampanye simbolik. Mereka menuntut langkah konkret, keterlibatan yang nyata, dan bukti perubahan.

Baca Juga: Indonesia Krisis Iklim: Forum Internasional Soroti Pentingnya Pemimpin Daerah Berani Ambil Tindakan

Dalam laporan bertajuk “Dari Kecemasan Menuju Agensi”, GlobeScan dan BBMG menawarkan lima prinsip untuk menjembatani kesenjangan antara kepedulian dan dampak. Kelima prinsip ini antara lain transparansi radikal, aksi nyata, pelibatan generasi muda, perubahan sistemik, serta membangun narasi harapan.

Laporan ini menekankan bahwa jika kepercayaan Gen Z tidak segera dipulihkan, ada risiko keterasingan yang permanen dari generasi yang sebenarnya paling peduli terhadap masa depan bumi.

Pentingnya Kolaborasi Antargenerasi

Dalam tulisannya di The Conversation, Diah Ayu Prawitasari, dosen tetap di Universitas Islam Indonesia (UII), menegaskan bahwa gentingnya situasi Bumi saat ini seharusnya mengurangi kecenderungan untuk saling menyalahkan antar generasi. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya membangun kesadaran bersama bahwa krisis iklim berdampak pada seluruh kelompok usia.

Menurut Diah, generasi tua seperti Baby Boomers dan Gen X perlu menyadari bahwa generasi muda tumbuh di tengah krisis iklim yang memburuk. Di sisi lain, generasi muda juga perlu memahami bahwa kelompok usia lanjut, terutama di negara berkembang, sangat rentan terhadap dampak lingkungan akibat keterbatasan akses dan sumber daya.

"Empati antargenerasi amat diperlukan untuk melecutkan perbincangan bersama agar dapat meredam konflik antargenerasi dan bisa saling menguatkan untuk bertahan di tengah iklim yang berubah," tulis Diah.

Ia juga menyoroti bahwa kerja sama lintas generasi dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif. Generasi muda bisa belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan generasi tua, sementara generasi tua bisa mendapatkan inspirasi dan ide-ide segar dari generasi penerus.

Beberapa komunitas di Indonesia mulai menerapkan pendekatan ini melalui percakapan lintas generasi yang inklusif, sebagai bagian dari strategi adaptasi dan mitigasi krisis iklim. Ke depan, kolaborasi semacam ini perlu diperluas agar mampu menghadirkan aksi kolektif yang lebih kuat dan relevan di tengah ancaman iklim yang semakin nyata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI