suara hijau

Gaya Hidup Zero Waste Makin Ngetren di Kalangan Gen Z dan Milenial, Apa Saja Manfaatnya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 26 Mei 2025 | 16:49 WIB
Gaya Hidup Zero Waste Makin Ngetren di Kalangan Gen Z dan Milenial, Apa Saja Manfaatnya?
Ilustrasi Zero Waste (Unsplash.com/Sasha Pestano)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam beberapa tahun terakhir, isu lingkungan menjadi sorotan utama di seluruh dunia. Mulai dari perubahan iklim, polusi plastik, hingga kerusakan ekosistem menjadi pemicu bagi banyak orang untuk mulai peduli terhadap lingkungan.

Salah satu gerakan yang muncul dari kepedulian ini adalah zero waste lifestyle atau gaya hidup nol sampah. Zero waste merupakan sebuah upaya untuk meminimalisir sampah yang dihasilkan setiap hari.

Upaya ini hadir sebagai bentuk kesadaran terhadap banyaknya sampah akibat budaya sekali pakai, seperti penggunaan plastik dan kemasan makanan yang dapat mencemari lingkungan.

Menurut survei dari Jakpat pada tahun 2023, sebanyak 78 persen gen Z dan milenial di Indonesia menyatakan ketertarikan terhadap gerakan zero waste. Survei ini melibatkan 990 orang di seluruh Indonesia, yang terdiri atas 40 persen gen Z dan 60 persen milenial.

Kesadaran generasi muda terhadap pentingnya pelestarian lingkungan menjadi salah satu alasan utama mereka tertarik dengan zero waste.

Sebanyak 94 persen dari responden menyatakan bahwa rasa minat muncul dari keinginan untuk menjaga kelestarian bumi, sementara 48 persen lainnya ingin menyelamatkan bumi agar tetap layak huni bagi generasi penerus.

Ilustrasi Penerapan Zero Waste (Freepik/freepik)
Ilustrasi Penerapan Zero Waste (Freepik/freepik)

Beberapa dari gen Z dan milenial juga tertarik dengan zero waste karena adanya produk yang ramah lingkungan, seperti reusable cotton pads, menstrual cup, dan sampo batangan sebagai pengganti produk sekali pakai.

Minat tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Banyak yang merasa terdorong karena lingkungan di sekitar mereka telah menjalankan gaya hidup ini, serta paparan dari berita tentang isu-isu lingkungan.

Tak hanya itu, influencer atau figur publik yang aktif terhadap isu lingkungan juga menjadi penyebab ketertarikan gen Z dan milenial terhadap zero waste. Sebanyak 6 persen responden merasa terinspirasi setelah melihat figur publik yang peduli lingkungan, seperti Coldplay, Bea Johnson, hingga Pandawara Group.

Baca Juga: Saat Aktivis Walhi Geruduk DPR, Desak Pemerintah Atasi Krisis Ekologis di Kalimantan Tengah

Meskipun antusiasme gen Z dan milenial terhadap zero waste cukup tinggi, namun belum semua dapat mempraktikannya di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil survei, hanya 16 persen yang telah melaksanakan gaya hidup ini dalam keseharian mereka.

Salah satu kendala dalam menerapkannya adalah sulitnya mengakses bank sampah terdekat. Sebanyak 44 persen gen Z dan milenial menyatakan kesulitan menemukan fasilitas ini di sekitar tempat tinggal mereka. Padahal, bank sampah menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyetorkan sampah daur ulang, seperti plastik, kertas, dan kaca.

Kendala lain datang dari keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung (26 persen), karena banyak dari generasi muda yang masih tinggal bersama keluarga.

Di balik tantangan tersebut, banyak dari generasi muda yang sudah mulai menerapkannya dengan upaya sederhana. Misalnya, membawa tote bag atau tas belanja sendiri (55 persen) dan menggunakan botol minum pribadi (55 persen).

Tindakan lain seperti mengurangi penggunaan plastik, membawa wadah makanan sendiri, dan membeli barang sesuai kebutuhan juga menjadi bentuk nyata dari upaya gaya hidup zero waste.

Manfaat zero waste

Bagi gen Z dan milenial yang sudah menjalani gaya hidup ini, ada sejumlah manfaat yang dirasakan. Sekitar 60 persen responden mengaku jumlah sampah rumah tangga menjadi berkurang. Selain itu, 24 persen merasa lebih fokus menghargai barang telah yang dimiliki.

Tak hanya sampah rumah tangga, sebanyak 9 persen responden juga menyatakan bahwa jumlah sisa makanan hanya sedikit atau tidak ada yang tersisa, sehingga limbah sisa makanan yang dihasilkan minim. Sedangkan, 7 persen lainnya menjadi lebih sadar dalam mengatur jumlah makanan yang dibeli.

Penulis: Kayla Riasya Salsabila

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI