Suara.com - Di tengah keprihatinan global akan menumpuknya limbah fashion, tren positif mulai muncul dari kesadaran akan pentingnya produk yang tahan lama dan berkualitas.
Alih-alih terjebak dalam siklus konsumsi cepat, masyarakat kini semakin melirik sepatu yang dirancang untuk awet, menjadikannya salah satu solusi nyata dalam mengurangi jejak ekologis kita.
Setiap tahun, lebih dari 24 miliar pasang sepatu diproduksi di seluruh dunia, dan mayoritas berakhir di TPA hanya dalam hitungan bulan. Ini menciptakan beban limbah yang signifikan, diperparah oleh fakta bahwa sebagian besar sepatu modern terbuat dari material sintetis yang butuh puluhan hingga ribuan tahun untuk terurai.
Dampaknya terasa jelas, dari pencemaran tanah dan air oleh bahan kimia berbahaya, emisi gas rumah kaca seperti metana dari penguraian di TPA, hingga sulitnya proses daur ulang karena kompleksitas material.
Namun, ada kabar baik. Filosofi keberalanjutan dengan membeli barang yang awet dan tahan lama kini menjadi mantra baru bagi banyak konsumen dan produsen. Merek-merek yang berinvestasi pada kualitas tinggi dan teknologi inovatif, tidak hanya menawarkan kenyamanan optimal, tetapi juga secara fundamental berkontribusi pada keberlanjutan.
Sepatu yang dirancang untuk awet dan tahan lama secara signifikan mengurangi frekuensi pembelian oleh konsumen. Ini berarti lebih sedikit sampah yang berakhir di TPA, lebih sedikit sumber daya yang terpakai untuk produksi baru, dan tentu saja, mengurangi jejak karbon yang terkait dengan manufaktur dan transportasi.
Mengapa Sepatu Tahan Lama Adalah Solusi Lingkungan?
Mengurangi Volume Limbah
Semakin awet sebuah sepatu, semakin jarang konsumen perlu membuangnya. Ini secara langsung memangkas volume limbah alas kaki yang menumpuk di TPA, memperpanjang usia pakai produk, dan memperlambat laju penggunaan lahan untuk pembuangan sampah.
Baca Juga: Dorong Solusi Krisis Mikroplastik: Greenpeace Ajak KLH Perkuat Regulasi Berbasis Sains dan Keadilan
Menurunkan Jejak Karbon
Proses manufaktur sepatu menyumbang sekitar 58 persen dari total emisi karbon industri alas kaki. Dengan membeli sepatu yang tahan lama, kita ikut mengurangi permintaan akan produksi massal yang terus-menerus, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dari pabrik-pabrik dan rantai pasok global.
Meminimalisir Penggunaan Sumber Daya
Produksi sepatu membutuhkan banyak sumber daya alam, mulai dari air, energi, hingga bahan baku. Ketika sepatu awet, kita mengurangi kebutuhan eksploitasi sumber daya baru secara berulang, mendukung ekonomi sirkular di mana nilai produk dipertahankan selama mungkin.
Inovasi Material yang Berkelanjutan
Dorongan untuk menciptakan sepatu yang tahan lama juga memicu inovasi dalam penggunaan material yang lebih baik dan proses produksi yang lebih efisien. Meskipun tantangan daur ulang material sepatu masih besar, fokus pada durabilitas adalah langkah awal penting menuju pengembangan solusi yang lebih ramah lingkungan.
Melihat ancaman ini, produsen alas kaki Bocorocco hadir menawarkan solusi dengan merancang sepatu yang tak hanya nyaman dan bergaya, tetapi juga dirancang untuk ketahanan jangka panjang. Lewat peluncuran program BOSS 2025: Bocorocco Shining Star di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Jumat (23/5) pekan lalu, Bocorocco menyampaikan pesan penting tentang konsumsi yang bertanggung jawab dalam industri fashion, khususnya alas kaki.
Salah satu fitur unggulan sepatu Bocorocco terletak pada teknologi Pillow Concept Technology, sebuah inovasi pada bagian insole yang diklaim sebagai satu-satunya di dunia. Teknologi ini terdiri dari sembilan lapisan penopang, mulai dari absorbing cushion, airbag, hingga stabilizer, yang bekerja sama memberikan kenyamanan optimal serta menopang kaki pengguna dengan baik dalam jangka waktu lama.
Material yang digunakan pun tidak sembarangan. Bocorocco hanya menggunakan 100% Finest Leather dalam setiap produknya, yang jika dibandingkan dengan bahan sintetis, memiliki daya tahan lebih tinggi serta potensi dekomposisi yang lebih ramah lingkungan—sekitar 25 hingga 40 tahun jika tidak diolah dengan bahan kimia berbahaya.
Dengan daya tahan tersebut, sepatu Bocorocco secara tidak langsung mendorong konsumen untuk tidak sering mengganti alas kaki, yang berarti mengurangi volume limbah sepatu di TPA.
“Hari ini bukan hanya tentang peluncuran produk, tapi tentang peluncuran harapan, peluang, dan impian. Bocorocco Entrepreneur adalah rumah bagi mereka yang ingin tumbuh bersama dan memberi dampak bagi sesama,” ujar Ridwan Saidbun, Owner Bocorocco, dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Selasa (3/6/2025).