suara hijau

Bawa Tumbler Kebiasaan Kecil, Tapi Beri Dampak Besar bagi Lingkungan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 04 Juni 2025 | 16:01 WIB
Bawa Tumbler Kebiasaan Kecil, Tapi Beri Dampak Besar bagi Lingkungan
Ilustrasi tumbler bagian gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan. (Photo by Jay-r Alvarez/Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang mengusung tema Ending Plastic Pollution, muncul kembali sorotan terhadap kebiasaan sehari-hari yang dapat berkontribusi pada pengurangan sampah plastik. Salah satunya adalah gerakan membawa tumbler atau botol minum sendiri saat beraktivitas.

Kebiasaan ini telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. Tumbler kini tidak hanya ditemukan di meja kerja, tetapi juga menjadi barang bawaan wajib saat bepergian, berolahraga, hingga menghadiri acara di ruang publik.

Meningkatnya kesadaran ini menunjukkan bahwa banyak orang mulai menyadari pentingnya peran pribadi dalam mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Langkah kecil ini jika dilakukan secara kolektif akan menghasilkan dampak yang besar. Jika satu orang menghindari membeli satu botol plastik setiap hari, maka dalam setahun ia telah mencegah penggunaan lebih dari 300 botol plastik.

Apabila hanya satu persen dari penduduk Indonesia—sekitar 2,7 juta orang—menerapkan kebiasaan ini, maka potensi pengurangan mencapai lebih dari 810 juta botol plastik per tahun.

Menurut data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), dunia menghasilkan sekitar 400 juta ton sampah plastik setiap tahun, dan lebih dari sepertiganya berasal dari kemasan sekali pakai seperti botol dan gelas plastik.

Di Indonesia, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa plastik menyumbang sekitar 17 persen dari total timbulan sampah nasional. Dengan latar belakang ini, gerakan bawa tumbler memiliki nilai strategis dalam upaya pengurangan limbah.

Namun, agar kebiasaan ini dapat bertahan dan menyebar lebih luas, perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai. Ketersediaan tempat isi ulang air minum yang mudah diakses menjadi salah satu elemen penting dalam mendukung keberlanjutan kebiasaan ini.

Tumbler jadi gaya hidup berkelanjutan, Bobobox sediakan fasilitas isi ulang air minum gratis. (Dok. Bobobox)
Tumbler jadi gaya hidup berkelanjutan, Bobobox sediakan fasilitas isi ulang air minum gratis. (Dok. Bobobox)

Di sektor akomodasi, hotel kapsul Bobobox menjadi salah satu contoh pelaku industri yang mulai mengintegrasikan kebiasaan ramah lingkungan ke dalam operasional mereka.

Baca Juga: Warga Sukoharjo ini Ciptakan Alat Pengubah Sampah Plastik Jadi BBM Alternatif, Namanya Pitara

Bobobox menyediakan fasilitas isi ulang air minum di area komunal hotel kapsul Bobopod milik mereka. Tamu cukup membawa botol minum sendiri dan dapat mengisi ulang kapan saja selama menginap, tanpa perlu membeli air kemasan.

Tidak hanya itu, sejak 2023 Bobobox juga telah menghapus penggunaan gelas plastik sekali pakai dan menggantinya dengan mug pakai ulang.

"Di Bobopod, kami ingin membangun kebiasaan ramah lingkungan melalui aktivitas-aktivitas sederhana yang menyatu dengan pengalaman menginap tamu. Tujuannya agar kebiasaan baik tersebut bisa dijalani tanpa terasa asing atau berbeda dari apa yang biasa mereka lakukan," tutur Satria Gundara, ESG Program Manager Bobobox, dalam keterangannya, Rabu (4/6/2025).

Sepanjang 2024, langkah-langkah ini membantu Bobobox mengurangi 2,3 ton sampah plastik dan 4 ton limbah gelas kertas, melanjutkan capaian tahun sebelumnya yang mencatat pengurangan 1,1 ton plastik dari seluruh unit mereka.

Contoh dari Bobobox menunjukkan bahwa fasilitas dan dukungan dari sektor swasta dapat memperkuat kebiasaan baik yang sedang tumbuh di masyarakat.

Ketika semakin banyak individu membawa tumbler ke mana pun mereka pergi, peran infrastruktur—mulai dari refill station di tempat umum hingga penyedia akomodasi—menjadi sangat krusial dalam menjaga keberlanjutan gerakan ini.

Pada akhirnya, pengurangan sampah plastik bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga hasil dari ekosistem yang mendukung.

Pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas dapat bergerak bersama menyediakan fasilitas, insentif, dan edukasi yang mendorong masyarakat untuk terus menjalankan kebiasaan kecil namun berdampak besar ini. Sebab, ketika kebiasaan baik dimudahkan, perubahan besar akan lebih cepat terwujud.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI