Suara.com - Musim panas di kawasan Eropa dan Asia diprediksi akan berlangsung lebih ekstrem dari biasanya. Di Spanyol, suhu udara diperkirakan melampaui normal sepanjang Juni hingga Agustus, bahkan mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di beberapa wilayah seperti Sevilla dan Lleida pada akhir Mei lalu.
Meskipun musim semi tahun ini membawa curah hujan yang cukup, Badan Meteorologi Spanyol (Aemet) mengingatkan bahwa ancaman kekeringan belum usai. Pakar menjelaskan bahwa suhu tinggi dan meningkatnya penguapan dapat dengan cepat menguras cadangan air yang sempat pulih.
“Kita tidak boleh lengah,” ujar juru bicara Aemet, Ruben del Campo, melansir ANTARA, Jumat (6/6/2025).
Saat ini, kapasitas waduk di Spanyol berada pada tingkat 76 persen, menurut Kementerian Transisi Ekologi. Namun, dalam jangka panjang, fluktuasi curah hujan dan suhu ekstrem menjadi ancaman serius akibat perubahan iklim global.
Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, dengan suhu global rata-rata melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Fenomena Global, Dampaknya Lokal
Indonesia tidak luput dari dampak pemanasan global ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau 2025 akan lebih panas dan kering dibanding tahun-tahun sebelumnya. Puncak kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus dengan intensitas yang lebih tinggi.
Ancaman cuaca ekstrem ini menuntut kesiapsiagaan, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat secara individu. Berita buruk tentang krisis iklim memang penting, namun tidak cukup. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa beradaptasi dan mengambil langkah-langkah mitigasi.
Lima Langkah Bijak Hadapi Musim Kemarau
Baca Juga: Kementan, KemenPU, Kemendagri Bersinergi Hadapi Kemarau: Jaga Produksi Lewat Irigasi - Pompanisasi
Sebagai bentuk respons konstruktif, berikut lima tindakan praktis yang dapat dilakukan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau dan mengurangi dampak buruk dari cuaca ekstrem:
1. Hemat dan Kelola Air dengan Bijak
Menjaga cadangan air sebelum puncak kemarau menjadi prioritas utama. Isi penuh tangki air rumah dan periksa pipa untuk mencegah kebocoran. Gunakan air secara efisien, seperti dengan memasang keran hemat air, mematikan keran saat tidak digunakan, serta memanfaatkan air bekas wudu untuk menyiram tanaman. Penampungan air hujan juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan non-konsumsi.
2. Jaga Kesehatan dari Dehidrasi
Cuaca panas meningkatkan risiko dehidrasi dan heat stroke. Minumlah air putih minimal 3–4 liter per hari, konsumsi buah dan sayur yang kaya air, serta hindari minuman berkafein dan alkohol. Waspadai gejala dehidrasi seperti pusing, lemas, dan mulut kering.
3. Lindungi Diri dari Sinar Matahari