Suara.com - Dalam kehidupan sehari – hari, kita kerap mendapati telinga berdenging, baik sebelah kanan, kiri, atau keduanya. Meski dianggap sebagai hal yang biasa, sebenarnya apa arti telinga berdenging sebelah kanan atau kiri menurut Islam? Apakah hal ini memiliki tanda tertentu?
Ternyata Islam memiliki penjelasan mengenai fenomena telinga berdenging di tubuh manusia. Melansir website Majelis Ulama Indonesia (MUI), penjelasan mengenai telinga berdenging bisa ditemukan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Suyuthi. Terjemahan dari hadis tersebut menyiratkan bahwa telinga berdenging berarti ada orang yang membicarakan kebaikan diri kita.
MUI menyebutkan ada sebuah hadis yang menganjurkan kepada kita untuk mengingat Allah, membaca shalawat kepada Rasulullah, dan berdoa yang baik-baik untuk orang yang membicarakan kebaikan kita. Hadis tersebut diriwayatkan oleh imam al-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ al-Shaghir fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir cetakan Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, Beirut, cetakan kedua, tahun 2004, halaman 52 dengan teks sebagai berikut:
ذا طَنَّتْ أُذُنُ أحدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي ولْيُصَلِّ عَلَيَّ ولْيَقُلْ ذَكَرَ الله مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ
Artinya: Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka hendaklah ia mengingat aku, bershalawat atasku, dan berkatalah (berdoa): semoga Allah membicarakan kebaikan orang yang membicarakan kebaikanku.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh imam al-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir cetakan Maktabat Ibn Taymiyah, Kairo, cetakan kedua, tahun 1983, jilid 1, halaman 321 dengan teks yang sedikit berbeda, tetapi dengan makna yang sama sebagai berikut:
إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي، وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ: ذَكَرَ اللهُ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنِي
Imam al-Shan'ani dalam al-Tanwir, Syarh al-Jami' al-Shaghir cetakan Maktabat Dar al-Salam, Riyadl, cetakan pertama, tahun 2011, jilid 2, halaman 133 mengatakan bahwa hadis ini sedikit menggambarkan bahwa gerakan tubuh yang tidak kita kendalikan memiliki hubungannya dengan factor di luar tubuh kita, sedangkan telinga berdering memiliki hubungannya dengan tanda bahwa ada orang lain yang sedang membicarakan kebaikan kita. Penjelasan ini dapat dibaca pada teks berikut:
فيه أنها لا تطن إلا من ذكر إنسان له بخير فلذا أمر بمكافأته والدعاء له بعد الصلاة عليه - صلى الله عليه وسلم - ليكون دعاؤه مقبولاً، وفيه أنه تعالى جعل حركات الجوارح من غير سبب من صاحبها تكون عن أسباب خارجية
Baca Juga: Primbon Jawa Ungkap Arti Telinga Kanan Berdenging: Pertanda Baik atau Buruk?
Artinya: Di dalam hadisi ini, ada penjelasan bahwa telinga seseorang tidak akan berdengung, kecuali ada orang lain yang membicarakan kebaikannya, sehingga diperintahkan untuk membalas dengan yang setimpal, mendoakannya setelah membaca shalawat kepada Nabi SAW agar doanya terkabul. Di dalam hadis ini juga, ada penjelasan bahwa Allah menjadikan gerakan tubuh yang tidak dilakukan oleh pemilik tubuh sebagai bentuk respons terhadap faktor-faktor lain di luar tubuh seseorang.
Imam al-Munawi dalam al-Taysir bi syarh al-Jami’ al-Shaghir cetakan Maktabat al-Imam al-Syafi’I, Riyadl, cetakan ketiga, tahun 1988, jilid 1, halaman 114 menjelaskan bahwa telinga yang berdengung adalah tanda bahwa Rasaulullah SAW sedang menyebutkan kebaikan orang tersebut di alam ruh. Penjelasan ini dapat dibaca pada teks berikut:
فَإِن الْأذن إِنَّمَا تطن لما ورد على الرّوح من الْخَبَر الْخَيْر وَهُوَ أَن الْمُصْطَفى قد ذكر ذَلِك الْإِنْسَان بِخَير فِي الْمَلأ الْأَعْلَى فِي عَالم الْأَرْوَاح
Artinya: Sesungguhnya telinga itu berdengung ketika ruh seseorang mendapatkan berita baik, yaitu Rasulullah SAW al-Mushthafa menyebut kebaikan orang tersebut di al-Mala’ al-A’la (perkumpulan atau majelis tertinggi) di alam ruh.
Hadis – hadis di atas juga memberi pelajaran berharga bahwa seyogyanya kita tidak membicarakan keburukan orang lain. Alih – alih bergibah, gunakan waktu dan mulut untuk mengingat Allah lewat mengingat kebaikan orang lain, bukan keburukannya. Lagipula, membicarakan keburukan orang lain tidak ada gunanya. Justru, yang harus dilakukan adalah banyak bermuhasabah terhadap keburukan diri sendiri. Banyak juga nasihat yang menyebutkan bahwa ketika seseorang melakukan keburukan kepada kita, baik disengaja maupun tidak, selalu ingat kebaikannya yang lebih banyak. Hal ini akan membuat diri kita mudah memaafkan.
Lagipula, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia memiliki kekurangan, dan potensi untuk berbuat buruk. Namun, Allah selalu membuka pintu ampunan.