Suara.com - Kabupaten Kudus ditargetkan jadi daerah pertama yang menerapkan pembelajaran koding di Indonesia untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Dasar (SD). Kemampuan ini diperlukan karena saat ini dunia sudah bekerja dengan sistem digital.
Rencana ini diungkap langsung Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris dalam acara Festival dan Lomba Berpikir Komputasional yang diikuti 250 siswa SD/MI di Pendopo Kabupaten Kudus pada Minggu, 27 Juli 2025. Acara ini diyakini bisa memajukan pendidikan digital di Kudus.
"Semoga inisiatif ini menjadi titik awal dari gerakan yang menjadikan Kudus pionir pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial sejak usia dini," ujar Sam'ani.
Perlu diketahui kemampuan belajar teknologi seperti koding sejak dini dianggap mampu melatih logika, kreativitas hingga kemampuan memecahkan masalah sejak kecil.
Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial KKA ini juga termasuk dalam langkah strategis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mendorong Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial.
Pentingnya pembelajaran digital ini juga pernah disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, yang mengatakan pembelajaran KKA ini dirancang untuk membentuk kemampuan berpikir logis, analitis, dan juga kesadaran etis.
Adapun program berpikir komputasional sudah diperkenalkan di Kudus sejak 2023 melalui pendampingan bagi kepala sekolah dan guru dari 36 satuan PAUD, yang memberi manfaat bagi lebih dari 10.300 siswa.
Penyebaran program ini hasil kerja sama Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus terhadap 160 guru TK, KB, SPS, dan Taman Pengasuhan Anak (TPA). Bahkan untuk materi pelatihan berpikir komputasional juga hasil kerja sama Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal bersama Bakti Pendidikan Djarum Foundation bagi guru PAUD di berbagai daerah Indonesia.
Sejak akhir 2024, program penguatan berpikir komputasional diperluas ke 11 SD atau MI, menjangkau lebih dari 4.900 siswa penerima manfaat. Dalam waktu dua bulan, skor rata-rata siswa kelas 4 sampai 6 dalam tes BEBRAS—sebuah inisiatif internasional yang mengukur keterampilan Computational Thinking—meningkat 62 persen dari skor awal.
Baca Juga: Kemendikbud Usulkan PAUD Masuk Skema Wajib Belajar 13 Tahun di RUU Sisdiknas
Penerapan berpikir komputasional di kelas disambut antusias siswa. Di SD 2 Barongan, anak-anak kelas 5 begitu antusias saat belajar block coding di Scratch, mereka aktif bertanya dan merasa senang mendapat hal baru.
Sedangkan di MI Muhammadiyah Al Tanbih, anak-anak kelas 2 kini belajar matematika lebih seru dengan melibatkan permainan yang mengasah kemampuan abstraksi dan dekomposisi untuk memahami ruas garis pada bangun datar dari objek di sekitar mereka.
Harapannya, di kemudian hari pengembangan berpikir komputasional dirancang untuk dapat meningkatkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) di Kudus.
“Dari berbagai riset yang kami pelajari, berpikir komputasional dapat melatih cara berpikir kritis, numerasi, literasi dan sains yang dinilai dalam tes PISA. Visi kami adalah bahwa Kudus bisa mencapai skor PISA yang setara dengan rata-rata negara maju di Organisation for Economic Development (OECD), sambil mempertahankan dasar pendidikan karakter dan keterampilan sosial emosional yang kuat,” ujar Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Primadi H. Serad.