Mengenal Reallusion Content Store, Benarkah Film Merah Putih One for All Pakai Aset dari Sana?

Ruth Meliana Suara.Com
Senin, 11 Agustus 2025 | 20:05 WIB
Mengenal Reallusion Content Store, Benarkah Film Merah Putih One for All Pakai Aset dari Sana?
Film Animasi Merah Putih One For All buatan rumah produksi Perfiki Kreasindo. (YouTube/CGV Kreasi)

Suara.com - Film Merah Putih One for All yang direncanakan tayang mulai 14 Agustus 2025. Sayang, film animasi yang niatnya menjadi simbol nasionalisme jelang peringatan HUT ke-80 RI justru menuai hujatan warganet.

Paling anyar, film yang menelan biaya hingga Rp6,7 miliar ini dituding warganet hanya menggunakan aset-aset murah dari Reallusion Content Store dengan harga USD 43,5 atau sekitar Rp700.000 per item.

Reallusion Content Store merupakan platform yang menyediakan animasi karakter manusia digital. Perusahaan ini menekankan penyediaan karakter untuk proyek kreatif dan industri.

Karakter produksi Reallusion dibuat senyata mungkin sehingga dapat menghiasi media dan hiburan, visualisasi arsitektur, hingga simulasi AI.

Sejumlah warganet memposting perbandingan karakter di film Merah Putih One For All dengan model 3D yang dijual di Reallusion.

Ada beberapa karakter yang tampak mirip seperti Jayden karya Junaid Miran, Tommy karya Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang dijual di Reallusion.

Perusahaan di bidang industri kreatif ini memang menyediakan empat layanan utama yakni iClone, Character Creator, Cartoon Animator, dan ActorCore.

Reallusion Content bekerja dengan menjual karakter-karakter yang dapat digunakan untuk film animasi.

Ada beragam produk tersedia apabila Anda menengok toko onlinenya. Misalnya ingin membeli bentuk tubuh, rambut, hingga gerakan-gerakan tertentu.

Baca Juga: 7 Fakta AK-47, Senapan yang 'Nongol' di Film Merah Putih One for All

Sementara itu, dugaan itu dibantah oleh pihak sutradara film Merah Putih One for All, Endiarto.

Ia cuma mengatakan bahwa memang ada kemiripan antara film animasinya dengan aset animasi di Reallusion Content Store.

Namun menurutnya, film Merah Putih One for All adalah hasil kerja keras tim animator, serta bentuk kebebasan style tim.

Alasan di Balik Kritik Animasi Merah Putih One for All

Ada sejumlah alasan di balik kritik pada film animasi Merah Putih One for All. Kualitasnya dianggap buruk jika dibandingkan dengan anggaran yang digelontorkan. Empat alasan utamanya adalah sebagai berikut.

1. Kualitas Animasi Kaku dan Patah-Patah

Kritik yang paling banyak disuarakan kepada Merah Putih One for All adalah visual animasi yang kaku dan patah-patah, meski model 3D karakter sudah cukup baik.

Adegan aksi yang seharusnya menjadi jualan utama terasa kurang bertenaga. Gerakan karakter saat bertarung atau berlari dinilai tidak natural dan terasa seperti robot.

Publik merasakan sensasi patah-patah atau tidak mulus pada beberapa adegan mengindikasikan frame rate yang rendah. Hal ini sangat mengurangi kenikmatan visual, terutama pada adegan-adegan cepat.

Ekspresi wajah karakter saat berdialog atau berekasi juga terasa datar dan kurang hidup. Hal ini membuat penonton sulit untuk terhubung secara emosional dengan karakter yang ada di layar.

2. Desain Karakter Terlalu Generik

Meskipun ini bukan hal yang salah, desain Merah Putih One for All dianggap terlalu generik dan kurang memiliki identitas unik yang kuat.

Banyak warganet merasa tidak ada elemen desain yang benar-benar merepresentasikan keunikan budaya Indonesia.

Film ini secara tidak langsung mengundang perbandingan dengan tontonan sejenis yang sudah punya standar kualitas tinggi, baik dari segi cerita maupun efek visual.

3. Alur Cerita dan Dialog Terlalu Sederhana

Meskipun target audiensnya mungkin adalah anak-anak, banyak netizen yang merasa alur cerita Merah Putih One for All terlalu klise dan mudah ditebak.

Formula yang disajikan juga sangat lurus tanpa ada bumbu konflik atau pengembangan karakter yang mendalam.

Dialog antarkarakter seringkali terasa kaku dan kurang natural, lebih seperti pembacaan naskah daripada percakapan yang mengalir.

4. Beban Ekspektasi dan Perbandingan dengan Animasi Lain

Kritik terhadap Merah Putih One for All tidak muncul di ruang hampa. Penonton Indonesia kini sudah memiliki standar yang lebih tinggi berkat karya-karya sebelumnya.

Ada harapan besar agar produk kreatif dalam negeri mampu bersaing. Ketika hasilnya dirasa belum maksimal, kekecewaan seringkali berubah menjadi kritik yang tajam, yang sebenarnya didasari oleh keinginan untuk melihat karya yang lebih baik lagi.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI