Mengapa Film Animasi Merah Putih One for All Dikritik Tajam?

Ruth Meliana Suara.Com
Senin, 11 Agustus 2025 | 18:43 WIB
Mengapa Film Animasi Merah Putih One for All Dikritik Tajam?
film Merah Putih One for All (X.com)

Suara.com - Warganet di media sosial ramai memperbincangkan Merah Putih One for All, film animasi Indonesia yang akan tayang di bioskop Tanah Air mulai tanggal 14 Agustus 2025.

Alih-alih sambutan positif, film Merah Putih One for All justru banjir kritik dari berbagai pihak. Lalu, mengapa film animasi Merah Putih One for All menuai kritik tajam?

Film animasi Merah Putih One For All sendiri dirilis menjelang peringatan HUT ke-80 RI dengan tema persatuan anak bangsa.

Namun, alih-alih sambutan hangat, film ini justru menjadi sorotan tajam dari warganet, kritikus film, hingga pejabat negara.

Mengapa Film Animasi Merah Putih One For All Menuai Kritikan Tajam?

Trailer Merah Putih One For All (YouTube/CGV Kreasi)
Trailer Merah Putih One For All (YouTube/CGV Kreasi)

Berikut ini adalah sedert alasan mengapa film animasi Merah Putih One for All menuai kritik tajam:

1. Anggaran Produksi: Rp 6,7 Miliar

Film Merah Putih One for All disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang. Sedangkan produser filmnya adalah Toto Soegriwo.

Salah satu kritikan tajam dipicu oleh anggaran produksi yang mencapai Rp6,7 miliar dengan waktu pengerjaan kurang dari satu bulan.

Jangka waktu pengerjaan yang sangat singkat ini memunculkan dugaan bahwa proyek film itu dikerjakan secara terburu-buru, seolah-olah menggunakan prinsip "the power of kepepet" agar bisa tayang bertepatan dengan momen 17 Agustus.

Baca Juga: Sinopsis dan Karakter Film Merah Putih One for All, Ada yang Mirip Gibran

2. Kualitas Visual Dipertanyakan

Trailer Merah Putih One for All memancing gelombang kritik karena visualnya dianggap minim polesan.

Banyak netizen menyindir kualitas grafis sebagai "seadanya" dan terasa terburu-buru, bahkan terkesan belum selesai.

Perbandingan langsung dengan film animasi Jumbo pun menguatkan kesan bahwa kualitas Merah Putih One For All masih tertinggal jauh.

3. Dugaan Penggunaan Aset Animasi Siap Pakai

Muncul tudingan bahwa beberapa aset visual film diperoleh dari toko digital. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan serius, apakah pengeluaran besar tersebut memang digunakan untuk produksi orisinal?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI