Deretan Anak Cucu Soekarno-Hatta yang Ikut Upacara 17 Agustus di Istana

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 21 Agustus 2025 | 11:50 WIB
Deretan Anak Cucu Soekarno-Hatta yang Ikut Upacara 17 Agustus di Istana
Kartika Dewi Soekarno

Suara.com - Keluarga proklamator kemerdekaan SoekarnoHatta tak luput dari sorotan di upacara 17 Agustus 2025 di Istana Negara. Secara rutin anak-anak pendiri bangsa ini hadir memenuhi undangan upacara memperingati hari kemerdekaan. 

Tiga anak Soekarno hasil pernikahannya dengan ibu negara pertama Indonesia, Fatmawati terlihat hadir di istana.

Ketiganya adalah Guntur Soekarnoputra dan istri Henny Guntur Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnputri, dan Guruh Soekarnoputra. Ada pula Kartika Dewi Soekarno.

Sementara itu, Megawati Soekarnoputri berhalangan hadir karena diketahui harus memimpin upacara di lokasi lain.

Bukan hanya putra-putri Soekarno, cucu bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta juga menarik perhatian.

Sikap “protes” terhadap kebijakan negara dia tunjukkan dengan memakai kebaya hitam saat menghadiri upacara di istana. Dia bahkan menulis takarir khusus saat mengunggah foto berkebaya hitam di istana.

Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam budaya Jawa, kain bukan sekadar busana, melainkan sebuah isyarat, sebagaimana masyarakat Jawa kerap menyisipkan simbol dalam berpakaian.

Motif slobog biasa dikenakan pada suasana duka: “slobog” berarti longgar atau terbuka, melambangkan pelepasan dan pengantaran. Ia biasa dipakai keluarga dalam prosesi pemakaman sebagai simbol merelakan sekaligus mendoakan jalan yang lapang.

Baca Juga: HUT RI ke-80: Bukan Hanya Upacara, Ini Deretan Momen Tak Terduga yang Hebohkan Istana

Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukurku bercampur dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi.

Militerisasi kian merasuk ke ruang sipil, dan hak-hak asasi rakyat Indonesia kerap dilucuti oleh penguasa yang tidak memiliki tepa selira, yang mau menulis ulang sejarah bangsa dengan memutihkan dosa-dosa penguasa beserta kroni-kroninya.

Jujur tidak sampai hati merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa demi peristiwa yang mengkhianati nilai kemanusiaan yang datang bertubi-tubi, seperti kekerasan aparat yang baru saja mengorbankan jiwa di Pati minggu ini.

Dukaku lahir dari rasa cinta yang mendalam pada Republik ini. Bagiku, berkabung bukan berarti putus asa; dan merayakan bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia.

Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal; yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam “peralihan.” Simbol bahwa dari duka pun kita bisa menyemai harapan. Panjang umur, Republik Indonesia-ku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?