Suara.com - Berawal dari pendidikan Gibran Rakabuming Raka yang disorot publik, topik tentang riwayat belakang pendidikan Wakil Presiden (Wapres) RI dari masa ke masa kembali mencuri perhatian.
Jejak sekolah Gibran di Singapura dan Australia yang berlangsung lebih lama dari standar SMA di Indonesia menuai tanda tanya, bahkan sampai digugat ke pengadilan.
Jika menengok ke belakang, pendidikan wapres RI dari masa ke masa menunjukkan betapa beragamnya latar belakang yang dimiliki para pemimpin bangsa.
Berikut ini adalah ulasan terkait pendidikan Wapres RI dari masa ke masa yang menarik untuk dikulik.
Mohammad Hatta (1945-1956)

Bung Hatta dikenal sebagai tokoh dengan pendidikan yang mentereng pada masanya. Ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) Padang, kemudian melanjutkan ke MULO dan HBS.
Setelah itu, Hatta berangkat ke Belanda dan kuliah di Nederland Handelshogeschool, Rotterdam. Dari sinilah ia meraih gelar bidang ekonomi yang menjadi bekal penting dalam perjuangan dan kepemimpinannya.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973-1978)

Masa kecil Sang Sultan ditempa dengan pendidikan ala Belanda. Ia menempuh Frobel School, ELS, hingga HBS di Semarang dan Bandung.
Pendidikan tingginya dilanjutkan ke Universitas Leiden, Belanda, mengambil jurusan Indologi dan Ekonomi. Latar akademis ini membuatnya dikenal sebagai raja yang berpikiran maju dan modern.
Adam Malik (1978-1983)

Adam Malik, tokoh yang dikenal sebagai salah satu perintis ASEAN, bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pematang Siantar.
Baca Juga: Beroperasi Tahun Depan, Apa Beda Sekolah Garuda dengan Sekolah Biasa?
Ia kemudian sempat belajar agama di Madrasah Sumatera Thawalib, Bukittinggi. Walau tidak menempuh pendidikan formal tinggi, Adam Malik dikenal sebagai sosok otodidak yang cerdas dan berwawasan luas.
Umar Wirahadikusumah (1983-1988)

Umar memulai pendidikannya di ELS Tasikmalaya, lalu berlanjut ke MULO Pasundan Bandung. Setelah itu, ia masuk dunia militer dan menempuh berbagai sekolah perwira.
Latar pendidikan militernya inilah yang membentuk kariernya hingga mencapai posisi puncak di ketentaraan sebelum menjadi Wapres.
Sudharmono (1988–1993)

Berbeda dengan pendahulunya yang berlatar belakang militer, Sudharmono menempuh jalur hukum. Ia menyelesaikan studi di Universitas Hukum Militer dan meraih gelar Sarjana Hukum.
Latar akademis ini menjadikannya seorang birokrat ulung yang piawai di bidang administrasi pemerintahan.
Try Sutrisno (1993-1998)

Try Sutrisno secara formal hanya menamatkan pendidikan hingga SMA Bagian B pada 1956. Namun kariernya berkembang pesat setelah masuk akademi militer.
Pendidikan keprajuritan inilah yang mengantarkannya hingga menjadi Panglima ABRI sebelum dipercaya mendampingi Presiden Soeharto.
Bacharuddin Jusuf Habibie (14 Maret 1998 – 21 Mei 1998)

BJ Habibie adalah sosok Wapres dengan latar pendidikan teknik yang sangat gemilang. Setelah SMA di Bandung, ia kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), lalu melanjutkan studi teknik penerbangan di RWTH Aachen, Jerman.
Ia bahkan berhasil meraih gelar doktor di bidang yang sama. Kecerdasannya di bidang teknologi membuatnya dijuluki Bapak Teknologi Indonesia.
Megawati Soekarnoputri (1999-2001)

Putri Proklamator Indonesia ini sempat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, namun tidak sampai lulus karena situasi keluarga setelah wafatnya sang ayah.
Ia kemudian sempat mendaftar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tapi juga tidak menuntaskannya. Meski demikian, kiprahnya di dunia politik jauh melampaui rekam akademiknya.
Hamzah Haz (2001-2004)

Hamzah Haz menempuh pendidikan di dua jalur, yakni agama dan ekonomi.
Ia pernah belajar di IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah, sebelum kemudian melanjutkan studi ekonomi di Universitas Tanjungpura dan Universitas Padjadjaran.
Latar belakang pendidikan ini membentuk pandangannya sebagai politisi yang religius sekaligus praktis.
Jusuf Kalla (2004 – 2009) dan (2014 – 2019)

JK menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Semasa kuliah, ia aktif di berbagai organisasi, mulai dari Pelajar Islam Indonesia (PII) hingga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Setelah itu, ia melanjutkan studi manajemen di INSEAD, Prancis. Kombinasi akademik dan keorganisasian membuatnya dikenal sebagai pengusaha sekaligus politisi ulung.
Boediono (2009 – 2014)

Boediono adalah seorang ekonom sekaligus akademisi. Ia menempuh kuliah ekonomi di University of Western Australia, kemudian melanjutkan pascasarjana di Monash University.
Gelar doktor ia raih di Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Dengan latar pendidikan yang kuat, ia dikenal sebagai Profesor Ekonomi yang sederhana.
Ma'ruf Amin (2019 – 2024)

Berbeda dari para pendahulunya, Ma'ruf Amin adalah seorang ulama yang tumbuh besar di lingkungan pesantren. Ia merupakan santri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Setelah itu, ia melanjutkan kuliah di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, dan memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam. Latar keilmuannya kuat di bidang agama, syariah, dan hukum Islam.
Gibran Rakabuming Raka (2024 – 2029)
![Wapres Gibran Rakabuming Raka. [ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/04/12238-wapres-gibran-rakabuming-raka-antara.jpg)
Putra sulung Presiden Joko Widodo ini menempuh pendidikan dasar hingga SMP di Surakarta.
Setelah itu, ia melanjutkan SMA di Orchid Park Secondary School, Singapura, kemudian meneruskan ke UTS Insearch Sydney, Australia, hingga total lima tahun di tingkat menengah.
Perjalanannya kemudian berlanjut ke Management Development Institute of Singapore (MDIS), tempat ia meraih gelar sarjana.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas