Sate Kere, Kuliner Legendaris Solo dan Jogja yang Punya Sejarah Unik

Ruth Meliana Suara.Com
Kamis, 25 September 2025 | 14:28 WIB
Sate Kere, Kuliner Legendaris Solo dan Jogja yang Punya Sejarah Unik
Sate kere merupakan salah satu makanan tradisional yang dikenal di Yogyakarta dan di Solo (dok. Pribadi/Gradciano Madomi Jawa)

Suara.com - Di tengah popularitas keragaman jenis kuliner Yogyakarta, ada satu hidangan sederhana yang kini kembali naik daun: sate kere. Dahulu dikenal sebagai makanan rakyat kecil, sate kere kini justru menjadi buruan wisatawan yang ingin merasakan cita rasa khas Jawa dengan sejarah panjang.

Sate kere berbeda dari sate pada umumnya. Jika sate biasa menggunakan daging ayam, kambing, atau sapi, sate kere dibuat dari bahan yang lebih sederhana. 

Di Solo, sate kere berbahan dasar tempe gembus, yaitu hasil olahan ampas tahu, sementara di Yogyakarta umumnya menggunakan gajih atau lemak sapi. Potongan kecil tersebut dibumbui dengan bawang putih, merica, ketumbar, gula jawa, serta garam, lalu dibakar di atas arang hingga mengeluarkan aroma khas.

Satu porsi sate kere biasanya berisi lima tusuk dengan potongan kecil daging atau gajih. Hidangan ini makin nikmat dengan tambahan sambal cair bernama kuah rujak yang pedas manis, serta bisa disantap bersama ketupat sayur. 

Asal-usul sate kere tidak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat Jawa masa lalu. Kata “kere” dalam bahasa Jawa berarti miskin. Dulu, daging merupakan makanan mahal yang hanya bisa dinikmati kaum priyayi dan kalangan atas, termasuk kolonial. 

Masyarakat kecil yang ingin mencicipi sate pun mencari alternatif bahan dengan harga terjangkau, yakni jeroan, gajih, dan tempe gembus.

Meski sederhana, rasa sate kere tetap mirip dengan sate daging. Kehadirannya bahkan dianggap sebagai simbol perlawanan budaya masyarakat kecil terhadap kolonial yang identik dengan kalangan elit dan berkuasa.

Kini, sate kere tidak lagi dipandang sebagai makanan kelas bawah. Justru, ia menjelma menjadi kuliner unik yang memperkaya ragam cita rasa Yogyakarta dan Solo.

Banyak wisatawan yang penasaran mencicipinya, apalagi dengan penyajian khas yang berbeda dari sate pada umumnya.

Baca Juga: Mengenal Adrem, Kuliner Unik Bantul yang Populer di Pasar Kangen Jogja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat, tren wisata kuliner di Yogyakarta terus meningkat, di mana wisatawan tidak hanya mencari makanan ikonik seperti gudeg, tetapi juga makanan rakyat yang sarat cerita sejarah, termasuk sate kere.

Sejumlah pedagang sate kere kini mulai berinovasi. Ada yang menambahkan varian bumbu kacang atau kecap manis, bahkan mengganti bahan gajih dengan daging sapi untuk menarik konsumen yang kurang menyukai jeroan. 

Namun, bagi sebagian penikmat kuliner tradisional, sate kere tetap istimewa karena mempertahankan cita rasa otentik dengan bahan sederhana.

Dengan sejarah panjang dan cita rasa unik, sate kere kini berdiri sejajar dengan kuliner legendaris lain dari Yogyakarta. Dari makanan rakyat jelata, ia menjelma menjadi ikon kuliner yang menyatukan kenangan sejarah, simbol perlawanan, sekaligus daya tarik pariwisata.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI