Suara.com - Mario Aji anak siapa? Pertanyaan ini mendadak ramai dibicarakan usai Mario Aji diajak Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan dari pembalap MotoGP dunia, Marc Marquez di Istana Merdeka, Jakarta pada 30 September 2025 lalu.
Tidak sendiri, Mario Aji tampak datang bersama Veda Ega Pratama, Erick Thohir, dan beberapa pejabat negara.
Melalui video yang beredar, disebutkan bahwa momen ini merupakan komitmen Indonesia dalam mengembangkan sport tourism sekaligus melahirkan generasi baru pembalap Tanah Air.
Ingin tahu sosok Mario Aji lebih lanjut? Simak informasinya melalui ulasan berikut.
Profil Mario Aji
Mario Suryo Aji, atau akrab dipanggil Mario Aji, lahir pada 16 Maret 2004 di Magetan, Jawa Timur. Nama Mario mungkin baru belakangan ini semakin sering terdengar, terutama sejak ia tampil sebagai pembalap Indonesia di ajang balap motor dunia.
Namun, perjalanan anak muda ini tidaklah singkat. Dari sebuah kota kecil di lereng Gunung Lawu, ia berhasil menapakkan kaki di lintasan internasional yang penuh gengsi.
Mario adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Hartoto dan Risworini. Ayahnya, almarhum Hartoto, bukanlah orang asing dalam dunia balap. Sang ayah pernah menjadi pembalap motocross tingkat nasional sekaligus seorang pengusaha.
Sejak kecil, ayahnya kerap mengajaknya ke lintasan, mengenalkannya pada dunia otomotif, hingga akhirnya rasa penasaran itu berkembang menjadi kecintaan mendalam terhadap balap motor.
Baca Juga: Jadwal MotoGP San Marino 2025: Waktunya Pembalap Italia Unjuk Gigi
Saat usia tujuh tahun, Mario sudah berani menjajal lintasan motocross. Lambat laun, ia mulai mencoba balap jalanan dan ikut serta dalam berbagai kejuaraan junior.
Sang ayah yang juga sekaligus mentor, tidak sekadar mengarahkan, tetapi benar-benar menanamkan disiplin dan semangat kompetisi.
Meski begitu, perjalanan Mario tidak selalu mulus. Ia harus membagi waktu antara pendidikan formal di sekolah dengan latihan fisik dan teknik balap yang intensif.
Seiring bertambahnya usia, Mario masuk ke sekolah balap yang lebih profesional. Ia pernah mengikuti Honda Racing School, sebuah wadah yang melahirkan banyak talenta muda Tanah Air. Dari sana, pintu menuju kompetisi internasional mulai terbuka.
Tidak hanya bakat, tapi juga dukungan keluarga, terutama sang ibu, menjadikan Mario semakin yakin melangkah.
Sang ibu selalu hadir memberi doa dan semangat, terutama setelah ayahnya meninggal dunia. Sosok keluarga inilah yang membentuk Mario menjadi pembalap yang tangguh sekaligus rendah hati.