Suara.com - Seorang yang mengaku sebagai hacker Bjorka akhirnya ditangkap oleh kepolisian.
Dahulu, Bjorka sempat membuat pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo (sekarang bernama Kementerian Komunikasi dan Digital atau Komdigi) pusing tujuh keliling lantaran meretas segudang data sensitif.
Pria yang mengaku Bjorka tersebut mengantongi identitas sebagai WFT (22) yang berasal dari Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut).
Polisi menangkap WFT lantaran menggunakan identitas hacker Bjorka tersebut dan diduga meretas 4,9 juta data nasabah bank.
Publik akhirnya melihat siapa sosok WFT tersebut pada konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (2/10/2025).
Nama Bjorka tentu dahulu sempat membuat masyarakat was-was akan data mereka.
Bagaimana tidak, Bjorka mengaku berhasil meretas segudang situs penting pemerintahan dan mengambil data sensitif.
Lantas, apa saja situs dan data yang pernah diretas oleh Bjorka?
Berawal dari data pelanggan Indihome hingga data kependudukan
Baca Juga: Terancam 12 Tahun Bui, Sepak Terjang WFT Pemuda Minahasa Ngaku-ngaku Bjorka!
Polda Metro Jaya mengungkap bahwa Bjorka telah berkecimpung di dark web atau situs gelap sejak tahun 2020.
Melalui situs gelap, Bjorka banyak bertukar ilmu dengan peretas lainnya. WFT alias Bjorka ternyata adalah seorang hacker otodidak yang tak punya latar belakang IT dan belajar melalui forum di situs gelap tersebut.
"Jadi yang bersangkutan ini bukan ahli IT dan tidak lulus SMK," beber Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, dikutip Jumat (3/10/2025).
Aksi Bjorka diketahui telah bermula sejak tahun 2022. Adapun kala itu, Bjorka meretas salah satu provider internet terbesar di Indonesia, Indihome.
Sejumlah 26 juta data pelanggan IndiHome akhirnya disebarluaskan ke forum Breached.to yang berisikan berbagai ahli IT dari seluruh dunia.
Data tersebut tentu berbahaya jika diketahui secara umum, lantaran mencakup riwayat pencarian, nama pelanggan, alamat surel atau email, hingga NIK.
Aksi Bjorka meretas Indihome ternyata hanya permulaan. Ia melanjutkan aksinya dengan meretas data registrasi kartu SIM.
KPU jadi korban
Bjorka akhirnya melanjutkan aksinya dengan meretas Komisi Pemilihan Umum (KPU) di tahun yang sama ia meretas Indihome dan data kependudukan. Ia mengantongi data sensitif, terutama NIK hingga alamat pemilih.
Bjorka juga tak tanggung-tanggung mengantongi data disabilitas yang seharusnya menjadi rahasia antara KPU dengan pemilih.
Sebar alamat pejabat, bikin Anies Baswedan berkomentar
Bjorka lalu melirik ke para pejabat publik sebagai target selanjutnya.
Beberapa pejabat yang menjadi sasaran Bjorka tak lain adalah Luhut Pandjaitan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Menkomarves) dan Erick Thohir.
Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan juga Ketua DPR Puan Maharani turut menjadi korban Bjorka.
Anies bahkan sampai berkomentar usai datanya diklaim diretas Bjorka. Uniknya, Anies bukannya panik namun mengaku data yang diambil Bjorka adalah salah.
Retas bank hingga terancam bui 12 tahun penjara
Terungkap bahwa Bjorka melancarkan aksinya sekali lagi setelah lama tak muncul ke permukaan publik.
Polisi mendapati bahwa WFT alias Bjorka meretas 4,9 juta data nasabah dengan motif ekonomi.
Aksi WFT terendus ketika bank setempat melaporkan adanya akses ilegal ke sistem mereka. Terungkap bahwa sosok yang membobol sistem bank tersebut adalah WFT.
WFT lalu menjual data dari nasabah ke situs gelap dan mendapatkan bayaran berupa uang kripto yang bisa bernilai puluhan juta tiap data.
"Berapa uang yang didapatkan ini juga kita belum bisa mendapatkan fakta secara jelas. Tapi pengakuannya sekali dia menjual data itu kurang lebih nilainya puluhan juta," lanjut Fian Yunus dalam konferensi pers.
Kontributor : Armand Ilham