Suara.com - Stasiun televisi swasta nasional Trans7 kini tengah menjadi perbincangan publik. Sebuah segmen dari salah satu program mereka dituding telah menyinggung secara serius martabat Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah institusi pendidikan Islam yang sangat dihormati.
Konten yang tayang pada Senin, 13 Oktober 2025, itu memicu gelombang kemarahan, yang puncaknya terlihat dari viralnya tagar #BoikotTrans7 di berbagai platform media sosial, terutama X (sebelumnya Twitter).
Lantas, program apa di Trans7 yang memantik amarah besar dari kalangan santri, alumni, dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu? Simak penjelasan berikut ini.
Program Trans7 dan Narasi yang Dianggap Melecehkan
![Acara Trans 7 yang diduga menyinggung Ponpes Lirboyo [YouTube]](https://media.arkadia.me/v2/articles/triasrohmadoni/dVI0Hi8uqT3UvPpiDpHA9AUB76J6G1r1.png)
Acara Trans7 yang menjadi biang kerok dugaan pelecehan terhadap Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, adalah program "Xpose Uncensored". Tayangan yang disorot tersebut mengudara pada Senin, 13 Oktober 2025 kemarin.
Isu utama terletak pada penggambaran situasi di lingkungan Pondok Pesantren Lirboyo yang dianggap tidak etis, minim edukasi, dan merendahkan.
Fokus keberatan publik diarahkan pada narasi suara (voice over) yang menyertai cuplikan visual tayangan tersebut.
Visual itu menampilkan adegan santri menyalami seorang kiai sepuh yang sedang duduk, serta potongan video lain yang memperlihatkan kiai turun dari kendaraan.
Namun narasi yang menyertainya dinilai sangat mencederai perasaan. Tim redaksi "Xpose Uncensored" menggunakan diksi yang dianggap merendahkan, salah satunya dengan menyinggung santri yang disebut "rela ngesot" demi memberikan amplop kepada kiai.
Narasi itu bahkan dilanjutkan dengan pernyataan bahwa secara logis seharusnya pihak kiai yang memberikan amplop atau imbalan kepada para santri.
Baca Juga: Gaya Satir Komedian Lapor Pak Sentil Kelakuan Anggota DPR Joget di Parlemen
Narasi yang digunakan dalam program "Xpose Uncensored" itu dianggap merendahkan para santri. Secara khusus narasi itu dianggap melecehkan martabat ulama, terutama sosok kiai sepuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yakni KH. Anwar Manshur.
Framing semacam itu dianggap telah menyudutkan dan menodai kesucian hubungan antara kiai dan santrinya, sebuah ikatan yang didasari penghormatan (ta’dzim) dan pengabdian.
Alih-alih menampilkan sisi spiritual dan keilmuan pesantren, tayangan itu justru terkesan mengedepankan perspektif sinis.
Maka tak heran, seruan boikot pada Trans7 menguat. Ribuan warganet, khususnya dari keluarga besar pesantren, alumni Lirboyo, dan simpatisan NU, melampiaskan kekecewaan mereka dengan memviralkan tagar #BoikotTrans7, menuntut pertanggungjawaban dan tindakan tegas dari pihak stasiun televisi.
Sebagai informasi, Pondok Pesantren Lirboyo bukanlah institusi biasa. Didirikan sejak tahun 1910, pesantren ini adalah salah satu pondok terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.
Lirboyo telah melahirkan banyak ulama dan tokoh Islam penting, yang menjadikannya memiliki basis massa dan sentimen penghormatan yang sangat kuat, khususnya di kalangan masyarakat Nahdliyin.