Suara.com - Berita berpulangnya Baek Se-hee membuat para pecinta literasi Tanah Air terpukul. Nama Se-hee tentu tak asing lagi bagi mereka yang hobi membaca buku motivasi dan kesehatan mental.
Se-hee tak lain adalah penulis dari mahakarya bertajuk I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki yang menceritakan bagaimana perjuangan seorang gadis melawan kecemasannya.
Kabar meninggalnya Baek Se-hee datang dari pihak keluarga, sebagaimana yang diberitakan oleh kanal media setempat, Korean Herald.
Kakak Baek Se-hee menyampaikan bahwa keluarga merasa kehilangan akan kepergian sang adik yang menulis dengan penuh cinta.
"Se-hee ingin menulis, berbagi isi hatinya dengan orang lain melalui karyanya, dan menginspirasi harapan. Sifatnya yang lembut tak mampu memendam kebencian, saya berharap dia kini dapat beristirahat dengan damai," kata sang kakak ke wartawan, dikutip Jumat (17/10/2025).
Pihak keluarga berharap publik menghargai privasi keluarga dengan tak terlalu menggali soal penyebab kematian Se-hee.
Adapun hingga kini, keluarga urung mengungkap penyebab kematian Se-hee dan informasi terkait pemulasaran.
Agensi Donasi Organ Korea Selatan membeberkan bahwa Se-hee mendonasikan organnya yakni jantung, mata, dan ginjal. Tercatat bahwa telah ada lima pendonor yang telah mendapat donasi.
Sebagai seorang penulis, Baek Se-hee punya rekam jejak yang penuh prestasi. Ia berhasil menginspirasi orang-orang yang mengalami nasib dan harus berjuang menghadapi masalah mental.
Baca Juga: Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
Mari mengenang sosok penulis muda ini sembari menyimak profil selengkapnya.
Berjuang 10 tahun melawan depresi dan berujung jadi inspirasi

Penulis asli Korea Selatan kelahiran tahun 1990 ini berjuang melawan depresi melalui tulisan yang ia terbitkan.
Se-hee dahulunya bekerja di penerbitan selama 5 tahun sebelum menulis buku sendiri.
Karya utama yang membuat nama Se-hee melejit yakni I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki dan A Will from Barcelona yang merupakan karya fiksi pendek pertamanya dan dirilis Juni 2025.
Tulisannya mampu menginspirasi para pejuang gangguan mental karena mengangkat perjuangannya yang penuh dengan lika-liku.
Dia dikenal karena penulisan jujur dan terbuka mengenai perjuangannya melawan distimia (depresi ringan berkepanjangan) dan gangguan kecemasan yang dialaminya selama 10 tahun. Bukunya berisi dialog dan esai yang didasarkan pada sesi konsultasinya dengan psikiater.