Sebelumnya, pada Februari 2024, Nike juga memangkas sekitar 1.600 pekerja (2 persen) dari total tenaga kerja globalnya. Langkah itu dilakukan untuk menekan biaya di tengah permintaan pasar yang melambat.
Meskipun begitu, Hill memastikan bahwa restrukturisasi ini tidak memengaruhi operasional di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, serta tidak berdampak pada merek Converse yang masih berada di bawah naungan Nike.
Meski ada relokasi dan PHK, industri alas kaki di Indonesia diprediksi tetap berkembang. Indonesia termasuk dalam tiga besar negara pengekspor sepatu dunia setelah Tiongkok dan Vietnam.
Banyak merek global selain Nike dan Adidas yang masih mempertahankan produksinya di sini. Salah satu faktor yang jadi pertahanannya adalah karena kualitas tenaga kerja yang terampil serta fasilitas produksi yang memadai.
Namun, perpindahan pabrik dari Tangerang ke wilayah tengah Jawa bisa menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan serikat pekerja. Jika biaya tenaga kerja terus meningkat tanpa diimbangi dengan produktivitas dan inovasi, bukan tidak mungkin relokasi serupa akan terjadi pada industri lain.
Sebaliknya, bagi daerah tujuan relokasi seperti Jawa Tengah, langkah ini bisa menjadi peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas. Meski upah lebih rendah, stabilitas ekonomi daerah bisa meningkat berkat masuknya investasi baru di sektor manufaktur.
Demikian itu paparan gaji buruh pabrik sepatu Nike Adidas di Tangerang. Pada akhirnya, relokasi pabrik sepatu besar seperti Nike dan Adidas menunjukkan tantangan klasik industri dalam menjaga keseimbangan antara kesejahteraan buruh dan daya saing industri.
Kontributor : Mutaya Saroh
Baca Juga: 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Mirip Adidas Samba, Tampil Classy Tanpa Bikin Kantong Bolong