- Kajian BRIN menyoroti kerusakan ekologis besar pada lahan gambut Sumatra Selatan akibat kebakaran tahun 2015 dan 2019.
- BRIN merekomendasikan penerapan Nature-based Solutions (NbS) dengan empat strategi utama untuk restorasi.
- Keberhasilan restorasi gambut sangat bergantung pada keterlibatan aktif dan berkelanjutan dari masyarakat lokal setempat.
Suara.com - Kondisi ekosistem gambut di Sumatra Selatan kembali menjadi sorotan setelah kajian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kebakaran besar pada tahun 2015 dan 2019 telah menghanguskan lebih dari 600 ribu hektar lahan gambut dan meninggalkan dampak kerusakan ekologis serta sosial yang sangat mendalam.
“Ketika gambut mengering, ia menjadi sangat rentan. Yang hilang bukan hanya tutupan vegetasi, tetapi juga sistem penyangga kehidupannya,” ujar Budi H. Narendra, seorang Peneliti Ahli dari Pusat Riset BRIN.
Menurut Budi, solusinya sebenarnya sudah ada di depan mata, yaitu dengan menerapkan konsep Nature-based Solutions (NbS), sebuah pendekatan yang selaras dengan karakter alami gambut yang sudah terbentuk selama ribuan tahun.
“NbS sifatnya adalah untuk melindungi, mengelola secara berkelanjutan, dan memulihkan ekosistem alami maupun yang sudah terdegradasi, serta memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati,” ujarnya.
4 'Jurus Sakti' Sembuhkan Gambut yang 'Sakit'
BRIN telah memetakan setidaknya empat strategi utama dalam penerapan NbS pada lanskap gambut di Sumatra Selatan.
'Membasahi' Kembali yang Kering: Langkah paling awal adalah dengan membangun sekat kanal serta mengatur tinggi muka air untuk menjaga agar gambut tetap basah.
Menanam Kembali 'Anak-anak Hilang': Setelah air kembali, langkah berikutnya adalah menghidupkan kembali vegetasi asli dengan menanam jenis-jenis yang memang tumbuh secara alami di kawasan rawa, seperti Shorea balangeran dan Dyera lowii.
Membuka 'Peluang Cuan' Baru: Budi menilai bahwa pendekatan ini bisa membuka peluang ekonomi baru melalui pengembangan paludikultur, mulai dari sagu, purun, hingga kopi rawa yang bisa dibudidayakan tanpa harus mengeringkan lahan gambut.
Baca Juga: Pengamat Sebut Pergantian Kepala BRIN Berisiko Ganggu Hubungan Politik Prabowo dan Megawati
Mengembalikan Kehidupan Liar: Restorasi juga diarahkan untuk memulihkan keanekaragaman hayati dengan menghidupkan kembali habitat alami bagi fauna rawa, dari ikan lokal hingga burung-burung air migran.
Bukan Cuma Urusan Pemerintah, tapi Urusan 'Warga Lokal'
Keberhasilan dari restorasi ini tentu tidak hanya terletak pada teknologi atau kebijakan semata, tetapi pada keterlibatan langsung dari masyarakat setempat.
“Merekalah yang membangun sekat kanal, menanam kembali vegetasi, menjaga area restorasi, hingga mengelola usaha-usaha yang produktif. Tanpa peran mereka, restorasi hanya akan tinggal konsep,” ujar Budi.
Harapan Baru dari 'Tanah Basah'
Budi meyakini bahwa dengan pendanaan yang berkelanjutan, riset yang mendalam, serta kolaborasi dari berbagai pihak, Sumatra Selatan bisa menjadi contoh nasional dalam pemulihan gambut tropis berbasis NbS.
