suara hijau

Stop Buang Uang! Rahasia BRIN Perpanjang Umur Infrastruktur Pakai Ekstrak Kulit Buah dan Daun Teh

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 18 November 2025 | 13:24 WIB
Stop Buang Uang! Rahasia BRIN Perpanjang Umur Infrastruktur Pakai Ekstrak Kulit Buah dan Daun Teh
Ilustrasi pembangunan infrastruktur. [Suara.com]
Baca 10 detik
  • Korosi merupakan reaksi alami oksidasi logam dengan air dan udara, berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi besar pada infrastruktur.
  • Peneliti BRIN menguji ekstrak alami seperti kulit buah dan daun teh mengandung antioksidan efektif memperlambat korosi logam.
  • Senyawa polifenol membentuk lapisan pelindung melalui adsorpsi pada permukaan logam, memperpanjang umur pakai komponen logam secara signifikan.

Suara.com - Korosi atau karat saat ini masih menjadi sesuatu yang "menakutkan" bagi industri logam dan infrastruktur di berbagai negara. Proses korosi yang berlangsung secara perlahan tapi pasti ini akan mampu melemahkan struktur, menurunkan kualitas material, hingga menimbulkan kerugian ekonomi dalam skala yang besar.

“Korosi merupakan proses alamiah yang bisa terjadi karena adanya reaksi reduksi dan oksidasi antara logam dengan udara dan air,” ungkap Peneliti Ahli Utama dari BRIN, Gadang Priyotomo, pada Kelas Periset, mengutip laman resmi BRIN, Selasa (18/11/2025).

Namun, riset terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membuka sebuah peluang baru: bahan-bahan alami yang mengandung antioksidan ternyata mampu memperlambat proses korosi tanpa harus menimbulkan dampak bagi lingkungan.

Dari Kulit Buah Sampai Daun Teh: 'Benteng' Alami Lawan Karat

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari kulit buah kelengkeng, kulit buah naga, tembakau, daun talas, hingga daun teh terbukti punya kemampuan untuk menekan laju korosi pada logam.

Berangkat dari kesamaan konsep itu, Gadang menilai bahwa penggunaan senyawa antioksidan dari tumbuhan bisa menjadi pendekatan yang jauh lebih ramah lingkungan untuk menghambat korosi.

Menurut Gadang, senyawa polifenol di dalam antioksidan bekerja dengan cara berikatan pada permukaan logam dan membentuk sebuah lapisan pelindung melalui mekanisme adsorpsi.

“Ketika logam mulai teroksidasi, gugus hidroksil dari senyawa antioksidan akan menangkap ion yang dilepaskan. Dari sinilah, lapisan pelindung itu akan terbentuk,” ujarnya.

Peluang 'Emas' dari Kekayaan Alam Indonesia

Baca Juga: BRIN Gelar INARI EXPO 2025: Dorong Kolaborasi dan Riset untuk Ekosistem Inovasi Berkelanjutan

Ia menambahkan bahwa Indonesia punya peluang yang sangat besar untuk bisa mengembangkan pendekatan ini karena tingginya keanekaragaman hayati kita, baik di daratan maupun di lautan.

“Indonesia punya sumber daya alam yang luar biasa yang bisa kita eksplorasi. Banyak sumber daya alam yang bisa kita kaji lebih jauh untuk bisa menghasilkan ekstrak antikorosi berbasis tumbuhan,” ujar Gadang.

Meskipun begitu, Gadang menegaskan bahwa korosi tidak akan bisa dihilangkan sepenuhnya. Upaya terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan memperlambat proses itu agar umur pakai dari komponen logam bisa menjadi lebih panjang.

'Skincare' Jadi Inspirasi, Ubi Ungu Jadi Solusi

Gadang juga mengungkapkan bahwa sejumlah senyawa antioksidan yang biasa ditemukan dalam produk-produk kosmetik ternyata memberikan hasil yang menjanjikan sebagai inhibitor korosi. Salah satu kombinasi yang pernah diuji adalah asam askorbat dengan ekstrak ubi ungu, yang menunjukkan kemampuan yang signifikan dalam menekan laju korosi pada beberapa jenis logam.

(Muhamad Ryan Sabiti)

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI