Gus Yahya Lulusan Pondok Mana? Rekam Jejak Pendidikannya Ternyata Alumni Kampus Mentereng

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 26 November 2025 | 17:04 WIB
Gus Yahya Lulusan Pondok Mana? Rekam Jejak Pendidikannya Ternyata Alumni Kampus Mentereng
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf [Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman]
Baca 10 detik
  • PBNU resmi mencabut jabatan Ketua Umum Gus Yahya per tanggal 26 November 2025 melalui surat edaran resmi.
  • Gus Yahya memiliki latar belakang pendidikan pesantren kuat di Raudlatut Thalibin dan Krapyak Yogyakarta.
  • Ia melengkapi pendidikan tradisionalnya dengan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Suara.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) resmi menyatakan bahwa Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU per 26 November 2025.

Dalam surat edaran yang beredar, seluruh kewenangan, hak, serta atribut jabatan Ketum PBNU dicabut mulai pukul 00.45 WIB. Keputusan ini mengejutkan publik, terlebih karena sebelumnya Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur meski mendapat desakan dari internal.

Pencopotan tersebut kini menjadi sorotan nasional dan memunculkan kembali pertanyaan publik tentang sosok dan latar belakang pendidikan tokoh NU itu.

Pendidikan Gus Yahya

Rekam jejak pendidikan Gus Yahya berakar kuat pada dunia pesantren sebelum akhirnya berpadu dengan pendidikan modern di perguruan tinggi.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),  Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. (Suaracom/Novian)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),  Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. (Suaracom/Novian)

Berdasarkan laman resmi Nahdlatul Ulama, Gus Yahya lahir di Rembang pada 16 Februari 1966, ia tumbuh di lingkungan keluarga kiai dan santri yang membentuk fondasi awal kepribadiannya. Masa kecilnya dilewati dengan tradisi pengajian dan pembelajaran kitab, menjadikannya terhubung erat dengan kultur keilmuan pesantren sejak dini.

Pendidikan pesantrennya dimulai di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, sebuah pesantren yang didirikan oleh kakeknya, KH Bisri Mustofa.

Di pesantren inilah ia mempelajari dasar-dasar ilmu agama, mengasah kemampuan membaca kitab kuning, serta memahami tradisi keulamaan NU.

Lingkungan Raudlatut Thalibin yang dekat dengan keluarga membuat proses belajar Gus Yahya berlangsung intens dan mendalam, mencetak akarnya sebagai santri tulen.

Baca Juga: Surat Edaran Terbit, Sebut Gus Yahya Bukan Lagi Ketua Umum PBNU Mulai 26 November 2025

Setelahnya, Gus Yahya melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, salah satu pesantren besar yang dikenal sebagai pusat pendidikan ilmu Al-Qur’an dan ilmu alat.

Di bawah bimbingan KH Ali Ma’shum, ia mendalami ilmu fikih, bahasa Arab, dan disiplin ilmu keislaman lainnya. Mondok di Krapyak menjadi pengalaman penting dalam membentuk pemahamannya tentang tradisi keislaman yang lebih luas, sekaligus memperluas jejaring intelektualnya.

Tidak berhenti pada pendidikan tradisional, Gus Yahya kemudian memasuki dunia akademik modern. Ia tercatat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Perpaduan antara pendidikan pesantren dan kampus memberikan ruang bagi Gus Yahya untuk memahami isu sosial-politik kontemporer. Pengalaman organisasi di lingkungan kampus juga memperkuat kemampuannya dalam komunikasi, kepemimpinan, dan analisis sosial.

Latar pendidikan yang berlapis ini membuat Gus Yahya tumbuh sebagai figur yang mampu menjembatani tradisi keagamaan dengan dinamika modern.

Ia memahami kitab klasik namun juga fasih membaca isu global, kualitas yang kemudian membawanya ke berbagai ruang pengabdian dari dunia organisasi, pemerintahan, hingga peran strategis di PBNU.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI