Suara.com - Pesawat tempur Turki membombardir markas militan Kurdi di bagian utara Irak, Senin (14/3/2016) waktu setempat. Serangan hanya beberapa jam berselang setelah aksi bom mobil bunuh diri di Ibu Kota Ankara yang menewaskan 37 orang. Salah satu korban adalah pesepakbola bola klub Galatasaray Umut Bulut.
Milter Turki mengerahkan 11 jet tempurnya dan membom sedikitnya 18 target markas militan Kurdi di bagian Utara Irak, termasuk gudang amunisi dan sejumlah tempat yang dianggap sebagai kantung militan. Seperti diketahui, PKK memiliki pangkalan perang di pegunungan di wilayah utara Irak. Jaringan ini yang dituding menggerakkan operasi PKK di perbatasan Turki.
"Serangan-serangan yang mengancam integritas negara, persatuan dan solidaritas bangsa kita, tidak melemahkan tekad kami dalam memerangi terorisme. Ini justru meningkatkan tekad kami," katanya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan seperti dikutip lama The Guardian.
"Warga Turki jangan khawatir. Perjuangan melawan terorisme akan berhasil dan mereka akan bertekuk lutut, " lanjutnya.
Untuk mengantisipasi serangan susulan, pemerintah Turki memberlakukan jam malam dan operasi militer di 3 kota besar di wilayah selatan. Sejumlah penduduk lokal dikabarkan memilih mengungsi untuk menghindari operasi tersebut.
Belum ada klaim dari pihak manapun yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, pemerintah Turki menduga salah satu pelakunya adalah seorang perempuan militan Kurdi dari Partai Buruh Kurdistan (PKK). Tak jauh dari titik ledakan, polisi juga menemukan potongan tangan yang diduga milik pelaku.
Bukti yang berhasil dihimpun otoritas setempat, pelaku kelahiran 1992 berasal dari kota Kars dekat perbatasan Armenia. Pelaku bergabung dengan PKK pada 2013 lalu. Tersangka lainnya-yang juga berjenis kelamin perempuan, berkewarganegaraan Turki dan juga terkait dengan jaringan PKK.
Serangan berdarah di Ankara dan Istanbul, serta aktivitas militansi ISIS serta pejuang Kurdi menyita perhatian NATO. Kondisi keamanan Turki saat ini, menurut NATO, tak lepas dari pengaruh kekerasan yang terjadi di sejumlah wilayah di Suriah dan Irak.
"Dengan kekuasan negara kami dan demi kenyamanan warga, kami akan menggali akar jaringan teror ini yang menjadikan Turki sebagai target," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. (Reuters/The Guardian)