Karir Berliku Ahok Hingga Rencana Investasi di NTT

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 14 Agustus 2019 | 09:28 WIB
Karir Berliku Ahok Hingga Rencana Investasi di NTT
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (Suara.com/Tyo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selain memiliki keahlian dalam berbisnis dan bernegosiasi, Basuki terus melebarkan sayap kariernya. Ia mulai melangkahkan karier politiknya dengan bergabung bersama Partai Indonesia Baru (PIB) pada tahun 2004 dan ditunjuk sebagai ketua DPC PIB Kabupaten Belitung.

Pada tahun yang sama dia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung hingga tahun 2009. Tahun 2005, ia maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebagai calon Bupati Kabupaten Belitung Timur dan berhasil mengantongi suara 37.19 persen bersama pasangannya Khairul Effendi, periode 2005-2010.

Sayangnya, jabatan tersebut tidak bertahan lama. Pada 22 Desember 2006 Basuki resmi menyerahkan jabatannya kepada wakilnya. Ia memilih berhenti dari jabatan tersebut, karena mau maju dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung tahun 2007.

Dalam pencalonannya itu, Presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendukung Ahok menjadi Gubernur Bangka Belitung. Namun, Ahok kalah oleh rivalnya Eko Maulana Ali dari Golkar.

Karier politiknya tidak terhenti sampai di situ. Pada 2009, Ahok mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar dan berhasil meraup 119.232 suara dan duduk di Komisi II DPR.

Karier politiknya semakin menanjak. Pada tahun 2012, ia keluar dari Golkar dan masuk ke Gerindra mencalonkan diri sebagai calon wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo sebagai calon Gubernur DKI. Pasangan yang diusung oleh PDIP dan Gerindra ini berhasil mengalahkan empat pasangan lainnya.

Investasi Pakan Ternak

Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga kader PDIP Basuki Tjahaja Purnama mengikuti pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8/8). [ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana]
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga kader PDIP Basuki Tjahaja Purnama mengikuti pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8/8). [ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana]

Kariernya terus melesat, dua tahun menjadi wakil, dia langsung menjadi gubernur pada usia 48 tahun menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi presiden dalam Pilpres 2014. Pada masa akhir jabatannya, Ahok bersama Saiful Hidayat Djarot maju di Pilgub DKI 2017.

Dalam Pilgub DKI 2017, Ahok diusung oleh Hanura, NasDem, Golkar, dan PDI Perjuangan. Sebelumnya, Ahok sesumbar maju lewat jalur non partai dengan mengumpulkan KTP oleh relawan Teman Ahok. Namun, detik-detik pendaftaran cagub di KPUD, ia menanggalkan jalur independen dan memilih jalur partai politik.

Baca Juga: Promosi Kaus Kece, Anak BTP Ahok Malah Dibilang Mirip Jay Chou

Kini, Ahok memilih untuk berinvestasi di bidang pakan ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan, sekitar 110 km arah timur Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Nalurinya bisnisnya sebagai seorang pengusaha, tampaknya belum pudar juga.

Sehingga, ketika para wartawan coba mengkonfirmasinya tentang kemungkinan Ahok duduk dalam kabinetnya Jokowi-Ma'ruf Amin, dengan rendah hati Ahok mengatakan bahwa masih banyak orang yang lebih baik dari dirinya untuk ditempatkan sebagai menteri di Kabinet Kerja Jilid II Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Masih banyak yang lebih baik dari saya, untuk ditempatkan menjadi menteri. Siapapun yang menjadi menteri dalam Kabinet Kerja Jilid II Jokowi-Ma'ruf Amin merupakan hak prerogatif presiden terpilih. Semuanya itu merupakan kewenangannya Presiden Jokoei. Saya tugasnya jalan-jalan ke daerah sajalah," seloroh Ahok.

Dia juga mengaku bahwa kedatangannya ke Kota Kupang dengan tujuan ingin berinvestasi pakan ternak di salah satu kabupaten di Pulau Timor. Ahok akan berada di NTT selama dua sampai tiga hari untuk menjajaki investasi pakan ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Sekretaris DPD PDIP NTT Yunus Takandewa mengatakan ada beberapa agenda yang akan dilakukan oleh Ahok selain rencana investasi pakan ternak tersebut, yakni berdialog dengan para tokoh agama.

Dialog ini sebagai langkah untuk memperkuat dan membumikan Pancasila sebagai ideologi paripurna yang menjadi falsafah bangsa, karena NTT, khususnya Kota Ende di Flores, menjadi sejarah lahirnya Pancasila yang juga menjunjung tinggi nilai-nilai tolerasi antarumat beragama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI