Demi mengakui kedaulatan Beijing, Amerika Serikat memutus hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan pada 1979.
Sebagai gantinya AS berkomitmen melindungi kemerdekaan Taiwan. Perang urat-saraf Sebab itu pula, keamanan Taiwan banyak bergantung dari Amerika Serikat.
Washington terikat oleh konstitusi untuk memastikan Taiwan mendapat perlengkapan militer yang diperlukan untuk melawan Cina.
Berbeda dengan Ukraina, Taiwan adalah salah satu produsen semikonduktor terbesar di dunia dan sebabnya krusial bagi industri komputer atau otomotif.
Keunggulan tersebut dinilai penting, terutama di tengah kelangkaan chip global yang mengganggu berbagai sektor ekonomi. "Perekonomian dan teknologi Taiwan adalah faktor penting bagi Amerika Serikat.
Mungkin AS akan menghargai Taiwan lebih besar, tapi kita harus melihat bagaimana konflik ini berkembang,” kata Kao-Cheng Wang Guru Besar Hubungan Internasional di Universitas Tamkang, Taiwan.
Presiden Cina, Xi Jinping, sebelumnya sudah menegaskan, akan mendahulukan "reunifikasi damai” antara kedua pihak.
Penguasa di Beijing itu dinilai berbeda dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang gemar menggunakan opsi militer di negeri jiran, seperti dalam kasus Georgia.
"Xi Jinping lebih mungkin meningkatkan aktivitas militer, ketimbang memulai perang,” kata Wang.
Baca Juga: Dampak Perang Rusia dan Ukraina, BBM dan Elpiji di Indonesia Naik Imbasnya Sampai ke Berbagai Sektor
Harian Cina, Global Times, yang berafiliasi pada Partai Komunis Cina, sebaliknya berusaha membandingkan kelompok separatis pro-Rusia di Donetsk dengan Taiwan. Namun pejabat pemerintah Cina cendrung lebih berhati-hati.