Ia mengatakan penyimpanan dan pembekuan paus ini dibantu oleh pelaku industri perikanan, seperti misalnya peneliti dari Amerika Serikat.
Pembatasan di tengah pandemi namun turut menghambat proses ini.
"Sebelum COVID, kami selalu menerima kunjungan dari orang yang mempelajari koleksi ini karena masalah dengan cetacea adalah ukurannya yang besar membuatnya sulit dikirim ke seluruh dunia," ujar David.
Tim David terpaksa harus menunggu peneliti paus balin dari AS tersebut untuk bisa berangkat dan membantu membedah paus kanan kerdil langka dari Port Lincoln.
"Kami mengambil paus ini secara utuh dan meletakkannya di freezer," katanya.
"
"Kami menyimpannya di freezer sampai peneliti AS bisa datang untuk membedah paus bersama. Menyenangkan ini."
"
Ia mengatakan mereka harus menyewa pembajak sangat besar untuk memindahkan paus dari pantai "sehingga bisa disimpan". Bangkai ini juga jadi makanan hiu.
Baca Juga: Kesepian, Ikan Paus Pembunuh Ini Stres karena Terlalu Lama Sendirian
Bila tidak memungkinkan, tim David biasanya hanya mengambil sampel dari paus yang hendak diteliti.
Proses transformasi bangkai
Spesimen dalam ukuran kecil ditempatkan dalam penampung maserasi yang direndam air panas untuk membusukkan daging agar terlepas dari tulang. Proses ini memakan waktu berbulan-bulan.
"Kami juga punya tangki beton dengan ukuran kolam renang yang dapat menampung 35.000 liter," kata David.
"Di sini kami meletakkan paus besar namun tangkinya tidak dipanaskan, sehingga kami bergantung pada musim panas supaya mamalia ini membusuk dengan sendirinya."
David suka memberikan "hidup baru" bagi paus.
"Rasanya seperti memberikan kesempatan kedua bagi makhluk agung ini dengan saya pergi ke pantai, mengambil bangkainya, dan mengubahnya menjadi kerangka cantik untuk disimpan [di museum]," ujarnya.